back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Life-long e-Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Nusantara
Senin, 23 Oktober 2000
KOMPAS


Harga Tembakau Madura Hancur-hancuran

Sumenep, Kompas

Membanjirnya tembakau oplosan di Pulau Madura mengakibatkan harga pada tingkat petani hancur-hancuran. Bahkan sebagian besar petani mulai dari Sampang, Pamekasan, dan Sumenep, Madura (Jatim) cenderung menelantarkan tembakaunya di tegalan atau sawah. Diperkirakan ratusan hektar tembakau tidak terurus. Anjloknya harga diperparah lagi oleh hujan yang turun sejak September 2000.

Selain itu, beberapa petani yang dihubungi hari Minggu (22/10) di Sumenep mengatakan, sejak pertengahan September 2000 lalu gudang-gudang tembakau milik pabrik rokok sudah tidak melakukan pembelian. "Jadi sekarang tembakau dipakai sendiri atau dijual ke pedagang kecil," ujar Abdul Wahid (60), petani di Desa Lenteng, Sumenep.

Hampir seluruh pabrik rokok besar, seperti Gudang Garam, Bentoel, Djarum, Sampoerna, Wismilak, memiliki gudang di Pulau Madura. Pembelian tembakau oleh gudang dilakukan selama 2,5 bulan mulai akhir Juli sampai akhir September atau awal Oktober.

Menurut Wahid, saat ini tembakau sisa di sawah-sawah petani kalaupun harus dijual, para bandul (pedagang pengumpul) hanya memberi harga Rp 4.000/ kg. Padahal harga normal tembakau Madura berkisar Rp 24.000-Rp 25.000/kg.

"Saya jual Rp 8.000 per kilogram saja masih rugi. Ya tetapi mau dibawa ke mana tembakaunya," ujar Abdul Wahid. Wahid hanya memperoleh Rp 3 juta dari 25.000 batang tembakaunya. Untuk 1.000 batang pohon, Wahid bisa memperoleh 50-60 kg tembakau.

Ditambahkan, musim hujan yang tak bisa diduga juga membuat petani makin frustrasi. "Tembakau gunung sudah panen, di sawah kita baru tanam," katanya. Bahkan, tuturnya, sejak musim tanam pada bulan Mei 2000 lalu, petani di kawasan Sampang, Pamekasan, dan Sumenep, sudah empat kali mengganti tanaman tembakau. "Setiap tanam selalu gagal karena hujan, ganti lagi, maka panen tembakau jadi lambat. Dan gudang sudah tidak beli lagi," katanya. Panen tembakau biasanya berlangsung pada akhir Juli atau awal Agustus.

Tembakau Jawa

Menurut Sucipto, petani lainnya di Sumenep, tembakau oplosan Jawa-Madura sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Diperkirakan 25 persen tembakau yang kini disimpan di gudang-gudang berasal dari tembakau jenis ini. Celakanya, tembakau-tembakau oplosan itu dihargakan sama dengan tembakau gunung Madura yang terkenal berkualitas baik. Karena kebanjiran tembakau jenis ini, penutupan gudang menjadi lebih cepat.

Firdaus, warga Sumenep mengatakan, pada bulan Agustus 2000 lalu para petani melakukan penghadangan terhadap tembakau yang dikirim dari Jawa. "Itu karena petani sudah sangat marah akibat masuknya tembakau-tembakau oplosan," kata Firdaus.

Di luar soal itu, tambahnya, para petani tembakau seringkali ditipu oleh para bandul. Pada musim panen raya sekitar bulan Agustus, para bandul berani membeli tembakau seharga Rp 26.000/kg. Padahal harga gudang hanya Rp 24.000 per kilogram. "Bagaimana bandul bisa untung. Itu jelas saya kira petani ditipu dengan memainkan timbangan," katanya.

Ditambahkan pada musim panen Agustus lalu, petani hanya sempat lima hari menikmati harga tembakau sebesar Rp 26.000 per kg. Setelah itu terus-menerus melorot, sampai mencapai titik terendah Rp 4.000 per kg. (can/mba/bd)

Berita daerah lainnya: