back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Virtual Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Jumat
28 Januari 2000
Radar Madura


50 Persen Lulusan SD Tidak Bisa Melanjutkan Sekolah
H.M. Syahid: Menempati Peringkat Paling Tinggi di Jatim

SAMPANG - Sebanyak 50 persen murid lulusan SD di Kabupaten Sampang tiap tahunnya diketahui tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Menurut Kepala Depdikbud Sampang Drs. H. Moh. Syahid, penyebab utamanya adalah karena banyak di antara orang tua murid yang belum mengerti tentang tujuan pendidikan yang sebenarnya, selain juga karena faktor ekonomi.''Ternyata masih banyak di antara orang tua murid di sini yang masih berpikiran sempit. Mereka masih beranggapan, bersekolah itu yang penting bisa membaca dan menulis. Buat apa sekolah tinggi-tinggi, kalau pada akhirnya sulit mencari kerja," jelasnya.

Menurut Syahid, untuk tahun ini, Kabupaten Sampang menempati peringkat paling tinggi se Jawa Timur yang murid SD-nya tidak bisa melanjutkan jenjang pendidikannya ke SLTP. Padahal, saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan upaya pemberdayaan SDM, lebih-lebih dalam memasuki UU Otonomi Daerah.

Karena itu, salah satu solusi yang sedang dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah membuka SLTP-SLTP terbuka yang kini menjamur di pelosok desa. Untuk program tersebut, biaya pendidikan dan honor para tenaga pengajarnya dibiayai oleh pemerintah dan masyarakat. Para siswa hanya dituntut menyediakan waktunya saja untuk belajar

''Setelah adanya program SLTP terbuka ini, memang persentasenya sedikit menurun, dari 50 persen menjadi 40 persen. Termasuk juga yang drop out. Jika sebelumnya mencapai 5 persen, sekarang menurun menjadi 3 persen," tambahnya.

Sampai saat ini, lanjutnya, SLTP terbuka di Sampang sudah mempunyai delapan sekolah induk, dengan 30 kelompok belajar. Masing-masing sekolah induk mempunyai tiga sampai empat kelompok belajar. Hal ini semakin baik, setelah pemerintah menggulirkan program JPS pendidikan bagi SD maupun MI.

Namun begitu, menurut Syahid, masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Misalnya, diketahui ada sekitar 2.344 guru SD/MI yang masih berpendidikan belum setara D II dan terdapat 1.617 ruang kelas SD/MI yang rusak, serta kurangnya bantuan buku-buku pelajaran pokok.

Selain itu, tambahnya, masih adanya sekitar 1,06 persen anak usia 7-9 tahun yang masih belum sekolah, tingginya angka mengulang dan putus sekolah, terbatasnya jumlah guru SD/MI, rendahnya disiplin para guru SD/MI, serta masih rendahnya profesionalisme pengelolaan pendidikan di SD/MI yang ada di Sampang. (fiq)