back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Virtual Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

RADAR MADURA
Jumat, 03 Maret 2000
Jawa Pos


Kondisi Bangunan SD Aengbaja Raja Memperihatinkan
Selama 8 Tahun Lebih Tak Tersentuh Perbaikan

SUMENEP - SDN di Desa Aengbaja Raja Kecamatan Bluto Sumenep kini kondisinya memprihatinkan. Sudah 8 tahun lebih SD tersebut, tak tersentuh dana perbaikan oleh pihak pemerintah. Walaupun pihak BP3 dan Kepala Sekolah sempat mengajukan agar diadakan renovasi, akan tetapi tak ada realisasi. Akhirnya kini pihaknya mengadukan persoalan tersebut ke pihak DPRD Sumenep. Menurut pengakuan Kepala Sekolah SDN Aengbaja Raja, Sutjipto, ketika menemui komisi C DPRD Sumenep mengatakan, kalau pihaknya pernah melaporkan hal tersebut secara tertulis. Bahkan secara berkala setiap akhir bulan, dirinya mengajukan laporan kepada Dinas P & K, soal kondisi sekolahnya itu.

''Namun yang dapat hanya SD-SD pinggiran jalan saja yang mudah dijangkau transportasinya. Sehingga di sekolah kami terpaksa dalam satu ruangan ditempati dua kelas,'' tutur Sutjipto.

Dengan kondisi begitu, kata Sutjipto, sangat mengganggu pelaksanaan proses belajar mengajar. Para guru umunya tidak bisa mengajar secara wajar atau optimal. Ini disebabkan oleh bisingnya kelas lain, terutama sekali pada waktu menerangkan mata pelajaran.

''Konsentrasi belajar siswa sangat terganggu. Sehingga daya serap anak rendah. Hal ini mengakibatkan hasil-hasil belajar atau nilai Tes Hasil Belajar (THB) ataupun Ebtanas minim. Bahkan sampai tidak memenuhi ukuran standar kurikulum,'' ujar salah seorang guru yang mendampinginya.

Akhirnya dilakukan kesepakatan antara BP.3 dan para dewan guru, yakni mengajukan dan menyampaikan pengaduan tersebut kepada dewan. Pihaknya meminta agar dewan segera menurunkan timnya ke tempat tersebut. Selain itu, dewan juga diharapkan mendesak kepada eksekutif yang berwenang untuk segera merenovasi dan memperbaiki lokasi itu. ''Sebab kalau tidak mas, akhirnya timbul adanya dampak negatif, serta ketidak percayaannya dari para wali murid terhadap mutu pendidikan anaknya di sekolah kami,'' sambung Sutjipto.

Dewan yang menerima laporan tersebut, hanya bisa berjanji dan segera menindak lanjuti keluhan kepala sekolah tersebut. Akan tetapi, menurut dewan, sebelumnya akan diadakan pengecekan secara langsung ke lokasi tersebut. ''Baru setelah itu, kami akan meminta kepada eksekutif, agar memperhatikan keluhan itu. Sebab kita tahu bahwa, sekolah merupakan sarana untuk peningkatan kualitas belajar mengajar,'' ujar salah seorang anggota dewan.

Dalam kesempatan itu pula pihaknya juga akan menyampaikan keluhan berkaitan dengan tidak meratanya penyebaran guru-guru SD di daerah Bluto. Menurutnya, ada sebuah SD yang kalau dihitung jumlah muridnya hanya sekitar 82 anak. Sedangkan gurunya mencapai 12 orang. Bahkan disekolah tersebut kepala sekolahnya 2 orang.

''Apa nggak lebih efisien jika para guru yang lebih itu disebarkan ke SD di desa lain. Seperti SD kami, yang jumlah muridnya mencapai 91 orang, tapi gurunya hanya 3,'' ujar K Tamam ketua BP3. Sedangkan yang 2 orang, kata K. Tamam, kini mengajar TK di Kabupaten Sumenep. (rif)