back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Virtual Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Rabu
16 Februari 2000
Radar Madura


Fotografer Sumenep Raih
Bali International Photo Competition 1999

Diikuti Ribuan Dari 38 Negara, Rebut Hadiah Uang Terbesar di Dunia

SUMENEP - Foto berjudul "Exotic Bali Terrace Field" karya fotografer asal Sumenep, Edhi Setiawan, SH tampil sebagai pemenang pertama lomba foto bertema "Bali Internasional Photo Competition (BIPC) 1999'' yang diselenggarakan Yayasan Garuda Wisnu Kencana (GWK). Sedangkan pemenang kedua dan ketiga masing-masing diraih Anom Malik A. (Denpasar) dan Sandri Irawan (Jakarta Timur) dengan karya berjudul "smile" serta "Makepung". Pengumuman lomba pemenang foto berhadiah total 30.000 AS dolar itu dilakukan di Amphi Theater GWK, Ungasan, Jimbaran, Bali. Desember tahun lalu ''Saya terkesan sekali, sebab hadiah yang diserahkan itu, bertepatan dengan acara pergantian tahun (malam milenium, red) di Bali dalam acara Bali Art Venture 2000 yang disiarkan televisi swasta Indosiar 31 Desember 1999 lalu,'' kesan Edhi yang ditemui di gudang kerajinan Maduranya, di Sumenep.

Seperti yang dilansir oleh berbagai harian, ketua panitia lomba Ir. Nyoman Nuartha yang juga ketua yayasan GWK menjelaskan bahwa, lomba yang baru kali pertama digelar itu diikuti ribuan peserta dari 38 negara. Perlombaan foto ini memperebutkan hadiah uang terbesar di dunia. Melihat besarnya animo masyarakat khususnya para fotografer mengikuti lomba tersebut, pihaknya merencanakan akan menggelar lomba berskala internasional setiap dua tahun sekali. ''Temanya bisa saja berbeda, tidak melulu foto, bisa seni rupa, bisa pula karya seni lainnya,'' katanya.

Sedangkan menurut Edhi Setiawan, SH dalam Bali International Photo Competition (BIPC) 1999 itu, memang para fotografer menampilkan tema human interest. ''Tema human interest, soal kehidupan sosial masyarakat Bali yang mungkin diharapkan dapat merubah dan memperbaiki citra Indonesia di mata dunia, melalui kegiatan internasional yang berlatar belakang budaya ini,'' tuturnya.

Bagi Edhi Setiawan yang juga dikenal sebagai pengamat budaya ini, menjadi pemenang dalam berbagai event photo selain BIPC 1999 di Bali bukanlah sesuatu yang baru. Sebab Ayah dua anak ini, sering meraih prestasi dalam berbagai lomba foto. Tahun 1992 juara pertama piala Presiden Soeharto untuk lomba foto pariwisata, 1993 medali emas salon foto jurnalistik, 1994 medali emas salon foto cetak warna dan grand prix lomba foto A.C.C.U, se-Asia Pasifik yang diselenggarakan Unesco, tahun 1995 grand prizc lomba slide se-Asean yang diselenggarakan Kodak Film dan tahun 1999 medali emas salon foto, Juara II Fuji Award katagori seni budaya 1999 serta berbagai penghargaan dan medali lain yang diraih dalam berbagai lomba.

Tak heran kalau Alumni FH Unibraw Malang ini memperoleh gelar Artist of FPSI (AFPSI) bintang dua paling singkat dibanding fotografer lainnya. Padahal untuk memperoleh gelar AFPSI ini, akumulasi poin yang dicapai Edhi hanya ditempuh selama tiga tahun.

Soal hasil bidikan kameranya itu, Edhi mengakui bahwa, karya fotonya itu tidak bisa didapat dengan mudah. ''Semua butuh kegigihan serta kesabaran dalam memburu sasaran, juga harus sarat ide,'' akunya. Untuk foto Exotic Bali Terrace Field saja, dirinya harus rela berhari-hari untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

''Untuk memperoleh karya seperti Exotic Bali Terace Field itu, saya mempersiapkan beberapa hari dan berangkat dari hotel di Bali pukul dua malam,'' kenang penerima Upakarti tahun 1993 ini. Karena hampir 20 tahun dirinya bergelut dengan budaya, wajar kalau ia dengan mudah menangkap gelagak aktivitas manusia secara utuh dalam fotonya. Go Head! (sul)