back
Serambi MADURA PadepokanVirtual
Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment

Selasa
14 September 1999
Radar Madura


Menengok Pondok 'Gangguan Jiwa'
As-Shifa di Desa Langkap:
Dengan Cara Tradisional Sembuhkan Ratusan Pasien

Konon, gangguan jiwa bisa karena stres, tapi juga bisa lantaran faktor keturunan. Bisa jadi karena keyakinan itu, terapi yang dipakai orang (keluarga pasien) juga beragam. Ada yang datang ke dokter jiwa, tapi tak kurang ke dukun atau orang yang punya kemampuan ‘’menormalkan’’ jiwa yang terganggu.

Salah Satu pondok rehabilitasi penyakit gangguan jiwa (gila) ada di Desa Langkap Kecamatab Burneh, Bangkalan. Pondok yang diasuh oleh H Munawar (65) ini diberi nama As-Shifa yang dalam bahasa Arab berarti obat. Pondok yang dibangun pada tahun 1975 ini sudah punya ‘’alumni’’ sebanyak 329 orang.

Bangunan pondok As-Shifa di Desa Langkap, Kecamatan Burneh, memang terlihat lain dibandingkan dengan bangunan rumah penduduk di sekitarnya. Kompleks bangunan yang berdiri di atas tanah sekitar ½ hektare di kelilingi pagar yang cukup tinggi menyerupai tembok penjara.

Di dalamnya terdapat bangunan utama, tempat tinggal H Munawar dan keluarganya. Dan, di belakang bangunan utama itulah ada deretan kamar-kamar untuk pasien, kamar mandi, dan ruang tunggu untuk keluarga pasien.

Pondok khusus pengidap gangguan jiwa tersebut sudah dibangun sejak tahun 1975.

’’Waktu itu pasien saya masih sedikit. Cara pengobatannya pun murni dengan cara-cara tradisional yaitu dengan jamu, pijat dan ilmu ghaib, doa-doa atau upacara ritual lainnya,’’ cerita Munawar.

Namun, pondok ini mulai dikenal secara luas pada tahun 1983. Saat itu tersiar kabar bahwa di Desa Langkap ada orang yang bisa menyembuhkan orang gila. Pada tahun itu, banyak orang sakit jiwa dibawa keluarganya untuk dirawat di Pondok As-Shifa.

’’Pasien saya waktu itu mencapai 90 orang pria dan wanita. Terus terang saya dan tiga orang pengasuh lainnya merasa kewalahan. Ini harus dimaklumi karena yang kami tangani adalah orang tidak waras yang sulit diatur,’’katanya.

Waktu itu, kata Munawar, pasiennya tidak hanya berasal dari Madura, tetapi ada juga yang dari Surabaya, Malang dan daerah lain di Jawa, bahkan ada juga yang dari Jakarta. ’’Pasien saya tidak melulu dari Madura ada juga yang dari Jakarta, bahkan Kalimantan,’’ katanya.

Pada akhirnya, kata Munawar, pada tahun yang sama pondoknya mulai mendapat perhatian pemerintah. Ia mulai diberi bantuan obat penenang dan tenaga dokter. ’’Jadi sejak saat itu terapi penyembuhannya adalah tradisional yang dipadukan dengan obat dari dokter,’’ katanya.

Biasanya setelah enam bulan sampai satu tahun pasien yang dirawat disini sudah dapat dikatakan sembuh dan bisa kembali pada keluarganya. Tetapi, kata Munawar, untuk pasien sakit jiwa karena depresi atau stress penyembuhannya memakan waktu yang lama. ’’Justru pasien yang sering mengamuk atau bertingkah aneh lebih cepat penyembuhannya, sedang pasien yang selalu diam karena stress lebih sulit disembuhkan,’’ paparnya.

Dengan tenaga empat orang, dua laki-laki dan dua perempuan, menghadapi pasien sebanyak itu, menurut Munawar pasti kewalahan. Setiap melakukan proses penyembuhan atau memandikan pasien harus selalu ditunggui. ’’Bila saat mandi tidak ditunggui, seluruh air yang ada di kamar mandi akan dihabiskan, karena mereka tidak akan berhenti bila tidak disuruh berhenti,’’ katanya.

Munawar dulunya sering mendapat bantuan pemerintah, tetapi sejak bantuan Presiden tahun 1995 berupa satu mobil ambulan, hingga sekarang tidak pernah ada lagi bantuan yang datang. Sehingga, bila datang pasien yang parah atau suka mengamuk terpaksa ditolaknya karena tidak ada obat penenang.

’’Sekarang saya tidak menerima pasien lagi karena tidak ada obat penenang. Kalaupun bisa dibeli di Surabaya harganya mahal dan keluarga pasien tidak kuat membeli,’’ tuturnya.

’’Pasien yang sekarang ada di sini hanya 59 orang. Itu pun sudah banyak yang menjalani rawat jalan. Artinya, pasien tetap di rumah keluarganya dan sekali-sekali saya datang membawa obat dan memijitnya. Untuk yang masih di sini, bila dianggap sudah agak sembuh, saya pekerjakan di luar untuk menunggui sawah atau bekerja di tambak dan kebun,’’ katanya.

Sampai sekarang, dalam catatan Pondok As-Shifa pasien yang dirawat dan berhasil disembuhkan Munawar sudah mencapai 329 pasien pria dan wanita. (ris)