back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Berita Utama
Senin, 11 September 00
Jawa Pos


Nasib Bupati Sampang Terus Mengambang
Pertemuan Ulama di Grahadi Berakhir Deadlock

SURABAYA - Nasib Bupati Sampang H Fadhilah Budiono masih terus mengambang. Ini setelah pertemuan para ulama dari dua kubu -- pendukung dan penentang Fadhilah -- yang berlangsung di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, kemarin, berakhir deadlock.

''Belum ada kesepakatan, baik mengenai SK maupun waktu pelantikan. Karena itu, saya akan segera membawa permasalahan ini ke presiden dan Mendagri,'' kata Gubernur Imam Utomo.

Pertemuan kemarin merupakan langkah untuk mencari kompromi politik setelah Fadhilah gagal dilantik jadi bupati Sampang. Padahal, SK pengesahan sudah turun. SK tersebut keluar setelah massanya memblokade Sampang.

Namun, ternyata aksi tandingan digelar penentang Fadhilah. Bahkan, sampai terjadi pembakaran gedung DPRD Sampang. Akibat ketegangan itu, gubernur menggelar pertemuan antarkedua kubu dan bersepakat untuk mengadakan pertemuan ulama kemarin.

Dengan deadlock-nya pertemuan ulama ini, jadwal pelantikan Fadhilah juga kembali belum jelas. Padahal, sebelumnya Fadhilah di depan pendukungnya mendesak gubernur untuk melantik dirinya paling lambat Rabu mendatang.

Sambil menunggu keputusan presiden selanjutnya, gubernur mengambil alih tugas-tugas bupati dengan menunjuk Pembantu Gubernur di Madura Djunaid Kede sebagai pejabat pelaksana teknis. Demi menghindarkan hal-hal yang tak diinginkan, untuk sementara, Fadhilah diminta tak berada di Sampang.

Lantas, apa yang akan dilakukan selama menunggu keputusan presiden? ''Dalam masa itu, kedua belah pihak sudah berjanji untuk sama-sama menciptakan kondisi aman dan tenteram sambil terus mencari solusi terbaik," paparnya.

Saat menjelaskan hasil pertemuan kemarin, wajah Imam tampak lelah. Kedua matanya terlihat agak sayu dan sesekali suaranya bergetar. Pertemuan kemarin memang berjalan alot. Selama enam jam, pertemuan yang dimoderatori beberapa tokoh itu tak juga mampu mengambil kata sepakat.

Pertemuan tersebut dimulai pukul 14.00. Selain menghadirkan dua kubu pendukung dan penentang Fadhilah, gubernur juga mengundang beberapa tokoh yang dianggap mampu menjadi pendamping dan penengah dalam konflik tersebut.

Mereka, antara lain, Ketua DPW PKB Drs Choirul Anam, anggota Dewan Syuro PKB Pusat KH Fuad Amin Imron, dan tokoh masyarakat Madura H M. Noer. Juga tampak Kapolda Jatim Inspektur Jenderal Da'i Bachtiar, Ketua DPR Prov Jatim Drs Bisjrie Abdul Djalil, dan Pangdam V Brawijaya Mayjen Sudi Silalahi.

Hampir semua ulama pendukung Fadhilah berasal dari PPP. Mereka, antara lain, KH Abdul Malik, KH Yahya Aminuddin, KH Solakul Robani, KH Moch. Cholil, KH Moch Yasin, Ketua DPR Sampang Hasan Asy'ari, dan KH Mutasin Mawardi. KH Alawy Muhammad yang diperkirakan hadir ternyata tak tampak.

Dari kubu penentang Fadhilah, hampir semua ulama yang hadir berasal dari unsur PKB. Mereka, antara lain, Ketua DPC PKB Sampang Fathurrozi, KH Kholid Albusiri, KH Syafiudin Wachid, KH Subaidi Mohammad, KH Machrus Abdul Malik, KH Jakfar Wachid, dan KH Jakfar Shodiq.

Skenario pertemuan hari itu, agaknya, sudah dirancang cukup rapi oleh gubernur. Selain dibuat model penyelesaian bertahap, pertemuannya pun dilaksanakan di tiga tempat terpisah. Yakni di ruang kerja gubernur, di sebelah ruang makan, dan satu lagi di lantai dua. Semuanya tertutup untuk wartawan.

Tahap pertama, tim dari Muspida Jatim melakukan pembicaraan di ruang kerja gubernur. Dalam waktu bersamaan, dua kubu penentang dan pendukung Fadhilah mengadakan pertemuan di dua tempat terpisah tadi. Tahap berikutnya, beberapa perwakilan dari dua kubu dipertemukan. Mediatornya beberapa tokoh tadi.

Kubu pendukung Fadhilah diwakili Ketua DPR Sampang Hasan Asy'ari, sedangkan kubu penentang Fadhilah diwakili Ketua DPC PKB Sampang Fathurrozi. Mereka ditengahi beberapa tokoh, antara lain KH Fuad Amin Imron dan Ketua DPW PKB Jatim Drs Choirul Anam.

Ketika mereka berunding, di luar Grahadi, puluhan mahasiswa yang menamakan diri Al-Maras (Aliansi Mahasiswa Madura di Surabaya) melakukan unjuk rasa. Mereka berorasi secara bergantian di luar pagar Gedung Negara Grahadi.

Keinginan mereka untuk masuk ke halaman kantor gubernur itu dicegah oleh petugas gabungan dari Polresta Surabaya Selatan dan Satpol PP. Mereka memasang barikade di depan pagar.

Dalam orasinya, mereka mengecam tindakan para pemimpin dan sebagian ulama Sampang yang mulai memperalat rakyat kecil untuk kepentingan politik. ''Hentikan manuver politik yang mengorbankan rakyat kecil. Celurit hanya digunakan untuk kehormatan, bukan untuk membela bupati," teriaknya. Menjelang magrib, satu per satu pengunjuk rasa membubarkan diri.

Menjelang magrib itu, pertemuan juga berakhir tanpa kesepakatan berarti. Karena tak kunjung membuahkan hasil, akhirnya muspida yang dipimpin gubernur turun tangan memediatori pertemuan dua kubu tersebut.

Langkah ini pun ternyata berakhir dengan deadlock. Selain belum ada kesepakatan soal pelantikan Fadhilah, kedua kubu tampaknya masih bersikukuh dengan pendapat masing-masing.

Pihak PKB tetap menilai ada yang cacat di balik terpilihnya Fadhilah. Sebaliknya, pihak yang mendukung Fadhilah menilai semua sudah final.

Bagaimana komentar Fadhilah dan para pendukungnya? Mantan Kapolres Sampang itu tampak kecewa karena pertemuan itu deadlock. ''Saya berusaha untuk bisa sami'na wa ato'na terhadap keputusan ulama yang bersidang hari ini," katanya, seraya bergegas menuju mobilnya.

Dia tampak enggan diwawancarai. Padahal, di sela pertemuan, Fadhilah tampak senyum-senyum. Bahkan, beberapa kali dia membuat joke-joke segar hingga beberapa wartawan terpingkal-pingkal.

Beberapa pendukung Fadhilah, tampaknya, juga enggan dimintai komentar. ''Tanyakan saja ke Pak Hasan (Hasan Asy'ari, ketua DPR Sampang)," kata seorang ulama yang dikenal pendukung Fadhilah. Namun, Hasan yang dicari itu tiba-tiba menghilang, begitu pertemuan berakhir.

Pemandangan ini berbeda dengan sejumlah ulama PKB yang tampak sumringah setelah pertemuan. ''Untuk sementara, kami puas dengan pertemuan kali ini. Meskipun demikian, kami akan terus mencari solusi terbaik," kata Ketua DPC PKB Sampang Fathurrozi kepada wartawan.

Sementara itu, Kapolwil Madura, Senior Superintendent Joko Satrio, akan menyiagakan pasukannya lebih banyak lagi untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi pascapertemuan itu. ''Kami akan menyiagakan 500 personel untuk mengamankan Sampang," ujarnya. (kum)