back
Serambi MADURA PadepokanVirtual
Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment

JAWA TIMUR
Selasa, 16 November 1999
Surabaya Post


Pengungsi Sambas Angkat Lumpur Kali Bangkalan

Bangkalan - Surabaya Post

Para pengungsi Sambas yang kesulitan mencari pekerjaan di tempat pengungsian Bangkalan, Madura, kini sebagian sudah bekerja. Walau menjadi pekerja kasar mengangkat lumpur kali Bangkalan.
"Mau bekerja apa di sini, tanah tidak punya. Daripada bingung di rumah, tak apa kerja begini," kata salah seorang pengungsi Sambas, yang mengaku di Sambas punya lahan pertanian lebih dari dua petak.
Dia bersama sekitar 100 pengungsi Sambas yang ditampung di Kec. Kokop, telah bekerja membersihkan kali Bangkalan hampir satu bulan. Setiap pekerja mendapatkan upah Rp 14.000/hari, yang dibayarkan per minggu. "Seminggu sekali pulang ke penampungan. Setiap hari sehabis bekerja tidur di kantor Transmigrasi," ujarnya.
Para pengungsi mengatakan, bekerja mengangkat lumpur kali Bangkalan itu harus dilakukan. Itu agar kehidupan keluarganya di penampungan tidak terlalu menderita. "Tidak mungkin kami setiap hari hanya mengandalkan bantuan dari orang lain. Apalagi warga di sekitar penampungan juga sama-sama susah. Alhamdulillah dengan hasil bekerja ini, bisa untuk tambahan kebutuhan sehari-hari," kata pengungsi yang hidupnya sebelumnya cukup mapan ini.
Jumlah pengungsi Sambas di Bangkalan yang mencapai 4.300 KK atau 18.500 jiwa, memang sempat merepotkan Pemda Bangkalan. Terutama untuk mengatasi kebutuhan hidup sehari-hari. Karena mereka yang datang sejak enam bulan lalu dalam kondisi memprihatinkan, sehingga menjadi beban berat bagi Pemda.
"Salah satu upaya Pemda Bangkalan mengusulkan pada Irigasi Jatim, untuk menyertakan pengungsi Sambas pada proyek di kali Bangkalan. Rupanya harapan Pemda pada proyek ini, bisa terwujud," kata Kepala Dinas PU Pengairan Bangkalan, Ir Moch. Rifa'i.
Awalnya proyek normalisasi kali Bangkalan yang mencapai ratusan juta itu hanya menggunakan tenaga mekanik. Sekarang sebagian proyek bisa dikerjakan tenaga manusia (padat karya), yang tidak bisa dijangkau tenaga mekanik untuk pengangkatan lumpur kali Bangkalan.
"Dana yang bisa dialokasikan untuk tenaga pengungsi Sambas sekitar Rp 100 juta. Untuk pengangkatan lumpur dengan tenaga pengungsi sekitar 100 orang, bisa dikerjakan tiga bulan," ujarnya.
Sementara Bupati Bangkalan Moh. Fatah dalam setiap kesempatan kunjungan ke lokasi pengungsi Sambas, mengharapkan pengungsi tidak hanya mengandalkan bantuan dari orang lain. Bupati telah melakukan beberapa terobosan dengan mencari pengusaha yang mau menampung pengungsi Sambas.
Seperti di perkebunan Gorontalo, Sulut membutuhkan tenaga kerja pengungsi Sambas 1.000 orang. "Namun yang mau berangkat ke Gorontalo cuma puluhan orang," katanya.
Begitu pula tawaran dari PTP karet, kelapa sawit, di Medan. Bahkan pengungsi dijadikan karyawan tetap, disediakan tempat tinggal, digaji ratusan ribu, diberi beras 35 kg/bulan.
"Pengungsi Sambas juga sedikit yang berangkat ke Medan. Malah untuk tahap ke dua ini saya diminta terus sama pimpinan perusahaan. Karena tidak ada yang berminat, saya mau apa lagi," ujar Bupati yang mengaku sudah berupaya maksimal memikirkan pengungsi Sambas di Bangkalan. (kas)