back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Virtual Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality


PERUMUSAN MASALAH
oleh Muhammadi
  1. Mencari Objek Penelitian
  2. Mencari Penyelesaian
  3. Pendekatan Sistem
  4. Model Sebagai Perumusan Masalah
  5. Pengembangan Model
  6. Hipotesis
  7. Daftar Acuan

Proses penelitian selalu dimulai dengan adanya masalah yang ingin diketahui. Seringkali berbagai gejala dan fenomena yang terlihat pada suatu persoalan tidak mudah diidentifikasi. Sebuah gejala yang oleh orang awam dilihat sebagai hal biasa, oleh seorang peneliti mungkin bisa dilihat sebagai hal yang mempunyai suatu maksud.

Apabila gejala pada pengamatan permulaan belum dapat diidentifikasi, maka interpretasi dan antisipasi kita pada gejala tadi belum dapat ditentukan. Oleh karena itu suatu gejala atau masalah dalam proses penelitian harus dirumuskan terlebih dahulu sehingga bisa menjadi masukan pada awal kegiatan penelitian.

Penelitian adalah suatu proses berdaur tertutup yang bermula dari adanya gejala yang terlihat, timbul pertanyaan, kemudian ada perumusan tujuan dengan perumusan masalah mengawali rangkaian dalam proses penelitian. Berikut ini akan dijelaskan gambaran tentang konsep berpikir dan cara menemukan masalah untuk dicari jawabannya melalui proses penelitian.

1. MENCARI OBYEK PENELITIAN

Obyek penelitian dapat ditemui dengan berbagai cara. Ada yang dapat kita temui secara pasif, ada yang kita cari secara aktif. Contoh obyek penelitian yang ditemui secara pasif adalah penelitian yang datang berdasarkan autoritas. Misalnya permintaan penelitian yang datang dari pimpinan suatu lembaga penelitian, atau penelitian pesanan dari suatu sponsor. Untuk hal semacam itu masalah penelitian sudah ada dengan sendirinya, sehingga sebagai peneliti kita tinggal merumuskan obyeknya dan meneruskan tahap-tahap penelitian selanjutnya.

Suatu masalah hendaknya terumuskan dalam suatu pertanyaan yang jelas. Merumuskan masalah bukanlah suatu yang mudah. Seringkali apa yang kita lihat sebagai masalah bukanlah masalah itu sendiri, melainkan hanya gejala dari suatu masalah yang belum kita pahami. Yang kita lihat itu adalah gejala, dan bila kita memproses penyelesaiannya maka yang kita hasilkan adalah penyelesaian suatu gejala, bukan penyelesaian masalah. Dengan demikian dalam kita merumuskan masalah, pertama kali yang harus dilakukan adalah mendalami apa sebenarnya masalah yang harus diteliti, apakah ia merupakan pokok masalah atau gejala suatu masalah:

Bila kita dalami maka suatu masalah tersusun atas komponen sebagai berikut:

  1. subyek, yaitu orang atau sekumpulan orang yang melihat atau menetapkan adanya masalah, sehingga merasa perlu untuk mengatasi atau mencari jawaban.
  2. tujuan (obyektif), yang akan dicapai dari adanya masalah tersebut.
  3. alternatif, beberapa langkah yang dilakukan pada masalah.
  4. lingkungan masalah, dalam arti masalah itu tadi merupakan sistem dalam suatu sistem yang lebih luas dan tidak terpisahkan dari lingkungan yang mengitarinya.

2. MENCARI PENYELESAIAN

Suatu masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan hendaknya diarahkan pada langkah-langkah untuk mencari jawabannya. Ada empat elemen yang dapat kita pakai untuk menstrukturkan masalah ke arah penyelesaiannya.

  1. Model, yaitu penggambaran masalah secara kualitatif sehingga tampak bayangan atau citra mental dari persoalan.
  2. Kriteria, yakni keharusan-keharusan yang dijabarkan dari tujuan yang hendak dicapai. Dengan Kriteria kita dapat mengukur tingkat keberhasilan kegiatan penelitian.
  3. Pembahas (kendala), yaitu faktor-faktor yang mengikat seorang peneliti dalam memecahkan suatu masalah. Pembatas atau kendala tadi dapat berupa kendala sumber daya tenaga, biaya, waktu, ruang gerak dan sebagainya. Pemecahan masalah harus diambil yang terbaik dari yang memenuhi kendala tersebut.
  4. Optimasi, yakni pemecahan optimum suatu masalah berdasarkan kemampuan dan batasan yang ada.

3. PENDEKATAN SISTEM

Pendekatan sistem meliputi cara berpikir, cara mencari jalan terbaik dan cara melaksanakan penyelesaian masalah dengan memperhatikan unsur-unsur yang berhubungan dengan masalah tersebut secara menyeluruh dan rasional. Setiap hari kita dihadapkan pada bermacam-macam masalah yang memerlukan penyelesaian. Masalah tersebut dapat menyangkut bermacam-macam hal. Ada yang menyangkut suatu yang perlu mendapatkan penanganan yang cepat. Ada yang menyangkut ruang dan waktu yang sempit. Dalam memikirkan tindakan apa yang akan kita ambil, usaha pemikiran kita sangat tergantung kepada hal-hal yang tersangkut dalam masalah tersebut.

Keperluan dan kegunaan berpikir secara menyeluruh, berpikir bersistem, pada hampir setiap bidang ilmu tampak sekali perkembangannya. Untuk masing-masing bidang perkembangan, berpikir sistem ini diwarnai dengan kepentingan masing-masing. Ada bidang yang dalam berpikir bersistem menenkankan pada ciri-ciri sistem dan komponen-komponennya ada yang baru berkembang pada penyusunan sistem yang baru, ada pula yang baru mencoba mengenali unsur-unsurnya.

Dengan pesatnya perkembangan lmu yang makin mendalam pada masing-masing bidang, maka perhatian ilmuwan akan menjurus pada hal-hal yang menyempit tetapi mendalam. Demikian pula unsur-unsur pemikiran sistemnya akan mengarah pada hal-hal yang mempunyai sifat, bentuk, atau istilah yang khusus. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa lmuwan pada berbagai bidang, oleh karena kekhusussan masing-masing tidak mampu lagi berkomunikasi satu sama lain.

Suatu masalah seringkali dapat kita selesaikan dengan sebaik-baiknya, apabila masalah tadi dapat kita tinjau secara menyeluruh. Menyeluruh dalam memahami persoalannya, menyeluruh dalam melaksanakan penyelesaiannya, dan menyeluruh dalam mencapai penyelesaiannya. Luas sempitnya arti menyeluruh tentu tergantung pada apa masalahnya. Secara umum menyeluruh dapat dikatakan sebagai mencakup segala sesuatu yang mempunyai kaitan dengan persoalan yang sedang dihadapi.

Adakalanya kita dengan mudah mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan persoalan kita. Adakalanya kita tidak menyadari masih ada hal-hal lain yang berkaitan dengan persoalan kita. Adakalanya pula kita tahu bahwa masih ada hal-hal lain yang berkaitan dengan persoalan kita, tetapi kita tidak tahu apa wujud kaitan-kaitan itu. Dalam keadaan seperti itu dikatakan bahwa masalah yang kita hadapi belum terumuskan. Berpikir sistem memerlukan ketrampilan dan kekuatan untuk merumuskan persoalan dan cara penyelesaian secara menyeluruh. Kita harus mampu membayangkan situasi-situasi awal sampai akhir secara menyeluruh. Dengan berpikir bersistem kita akan dapat mengidentifikasi segala sesuatu yang akan terlibat serta pengaruhnya dalam penciptaan kondisi yang diinginkan. Orang yang tidak mampu berpikir bersistem sering dianalogikan dengan empat orang buta yang melihat gajah. Oleh karena cara orang buta dalam melihat gajah dengan cara meraba bagian dari gajah maka apa yang dapat diraba itulah yang diinterpretasikannya sebagai gajah. Keempat orang buta tadi memperoleh pengertian yang saling berbeda tentang gajah, disebabkan karena tidak mampu melihat suatu fenomena secara menyeluruh.

Secara umum, pengertian sistem adalah sekelompok hal atau benda, aktifitas, ide dan sebagainya serta kombinasi-kombinasi dari padanya yang mempunyai kesatuan fungsi atau organisasi. Kesatuan fungsi ini menunjukkan adanya arah tujuan atau keterkaitan terhadap sesuatu yang menyangkut keseluruhan yang terlibat. Singkatnya, sistem adalah suatu kumpulan unsur yang saling berinteraksi dan secara terpadu menuju suatu tujuan bersama. Jadi, apabila masalah penelitian itu dipandang sebagai suatu sistem, maka masalah penelitian tersebut terdiri dari beberapa sub masalah. Tiap-tiap sub masalah tersebut diteliti dan keluaran penelitian dari masing-masingnya dihubungkan dan disusun secara sistematis untuk menghasilkan keluaran penelitian secara terpadu, yang menjadi tujuan sistem penelitian keseluruhan.

Dalam merumuskan persoalan, kita dapat mengelompokkan hal-hal yang berkaitan dengan penyelesaian persoalan dengan hal-hal sebagai berikut:

  1. hal-hal yang harus kita ubah,
  2. hal-hal yang harus kita pegang, ikuti pertahankan,
  3. hal-hal yang harus kita perhatikan pengaruhnya,
  4. hal-hal yang harus kita ciptakan atau hasilkan
  5. hal-hal yang harus kita pergunakan.

Dalam pendekatan sistem sering dipergunakan model masukan/keluaran (input/output). Dalam hal ini sistem dinyatakan sebagai kotak hitam yang memiliki masukan dan keluaran. Masukan dapat dipandang sebagai variabel bebas atau sebab, sedangkan keluaran adalah variabel tak bebas atau akibat. Masukan dapat dibedakan menjadi masukan mentah, masukan lingkungan dan masukan instrumental. Masukan mentah adalah masukan yang diolah dalam proses penelitian untuk menghasilkan keluaran penelitian. Masukan lingkungan adalah masukan yang terpisah dan tidak dapat dikendalikan oleh sistem tetapi mempengaruhi atau ikut menentukan kelakuan sistem. Faktor lingkungan ini perlu diperhitungkan, terutama apabila data yang dikumpulkan mendapat pengaruh yang cukup besar dari lingkungan seperti pada penelitian lapangan. Masukan lingkungan juga dapat berupa batas-batas fisika, seperti suhu, kecepatan cahaya, dan lain-lain. Masukan instrumental adalah masukan berupa alat yang dipergunakan dalam penelitian, baik berupa piranti keras (seperti alat ukur), maupun piranti lunak (seperti teori atau dalil).

4. MODEL SEBAGAI PERUMUSAN MASALAH

Salah satu teknik yang sering digunakan dalam proses penelitian adalah membuat model obyek yang akan diselidiki. Model merupakan penggambaran atau abstraksi dari suatu obyek atau keadaan nyata. Ia menunjukkan relasi interelasi, baik langsung atau tidak langsung, dari aksi dan reaksi yang dinyatakan dalam bentuk sebab-akibat. Karena model itu merupakan tiruan kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan berbagai aspek kenyataan tiruan kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan berbagai aspek yang diselidiki. Salah satu alasan utama pengembangan model adalah untuk lebih memudahkan pencarian variabel-variabel yang penting dan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Model dapat dikategorikan dengan berbagai cara, misalnya berdasarkan tipenya, ukurannya, fungsinya atau tujuannya. Kategorisasi yang umum dipakai adalah berdasarkan tipenya, yang terbagi atas model ikonik atau model fisik, model analog atau model diagramatik, dan model simbolik atau model matematika.

Model ikonik ialah penggambaran fisik suatu obyek, baik dalam ukuran asli maupun dalam ukuran yang berbeda. Model ikonik digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan pada suatu waktu tertentu. Model ikonik dapat mempunyai dua dimensi (foto, peta), atau tiga dimensi (maket). Dengan demikian suatu obyek yang berdimensi lebih dari tiga tidak dapat digambarkan dengan menggunakan model ikonik ini.

Model analog adalah model yang dapat menggambarkan situasi dinamik, misalnya kurva permintaan. Model analog sering digunakan untuk menggambarkan hubungan kuantitatif antara unsur-unsur yang berbeda, atau menggambarkan berbagai proses yang berbeda dari unsur-unsur yang sama. Contoh penggunaan model analog adalah pengujian sistem kendali dengan menggunakan komputer analog. Sistem kendali tersebut dinyatakan sebagai fungsi alih yang ditirukan dalam komputer analog. Dengan menggunakan percobaan pada komputer analog, maka perilaku sistem kendali tersebut dapat disimulasikan dan dianalisis.

Model simbolik dimulai dari model-model abstrak yang terdapat pada pikiran kita kemudian diwujudkan sebagai model simbolik. Salah satu bentuk model simbolik yang sering digunakan adalah persamaan matematika. Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, model matematik tersebut dapat diganti menjadi model komputer. Unsur-unsur dinamika sistem diidentifikasikan dan dinyatakan sebagai persamaan matematika atau komputer. Dengan mempergunakan data dan asumsi, persamaan matematika atau komputer tersebut diselesaikan atau dijalankan pada komputer.

Model matematik dapat dibedakan atas model probabilistik atau deterministik, model statis atau dinamis, standar atau custom made. Apabila data yang diperlukan bagi model mempunyai derajat kepastian yang tinggi, maka diperlukan model deterministik dengan menggunakan teori matematika. Apabila data yang diperlukan bagi model mempunyai derajat kepastian yang rendah maka diperlukan teori probabilistik dengan menggunakan teori statistika.

Apabila untuk suatu jangka waktu variabel dianggap konstan maka dipergunakan model statis, dan interelasi unsur-unsur model dinyatakan sebagai persamaan yang tidak berubah dengan waktu. Sedangkan apabila variabel berubah dengan waktu, maka dipergunakan model dinamis, dan interelasi unsur-unsur dalam model dinyatakan sebagai persamaan fungsi waktu.

Dalam pemecahan suatu model penelitian dapat dicari terlebih dahulu model yang pernah digunakan untuk memecahkan soal penelitian yang hampir sama. Model tersebut dapat diperoleh dari perbendaharaan pustaka yang ada. Apabila model standar tidak dapat diperoleh, maka model tersebut tinggal diubah sedikit, disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi dalam model. Apabila model standar tidak dapat diperoleh, maka terpaksa untuk model baru, model custom made yang khusus untuk penelitian itu.

5. PENGEMBANGAN MODEL

Terdapat tiga tahap pengembangan model yaitu abstraksi, deduksi dan realisasi. Dalam tahap abstraksi, hubungan-hubungan yang penting dipilih, dianalisis dan kemudian setelah melalui tahap deduksi, berakhir pada penyusunan model. Berikutnya, dibuat pernyataan kesimpulan-kesimpulan yang harus dapat dicek kebenarannya mengenai sistem yang sesungguhnya; tahap ini disebut realisasi. Realisasi terdiri dari dua bagian yaitu validasi dan implementasi.

Validasi mencek model untuk menemukan apakah model itu memiliki validitas. Apabila model sudah sesuai maka model dapat diimplementasikan. Kalau hasil validasi tidak memenuhi kreteria penyajian, kita dapat memulai daur lagi. Dalam daur kedua itu informasi dari daur pertama dapat digunakan. Dalam praktek batas-batas antara langkah-langkah tersebut tidak begitu jelas dan kaku. Dalam pengembangan model, intuisi dan perasaan memegang peranan penting.

Model tidak harus tunggal, sebab untuk suatu obyek penelitian dapat dibuat lebih dari satu model. Berbagai model alternatif tersebut tercipta karena penggunaan asumsi yang berlainan, serta tergantung dari sasaran pembuatan model yang dipergunakan. Berbagai model alternatif tersebut dipilih dengan mempergunakan kriteria antara lain kemampuan untuk menirukan kenyataan alamiahnya, mudahnya analisis, lengkapnya unsur-unsur penting dalam model, penggunaan hasil simulasi atau analisis dan lain-lain.

Keruwetan model dibatasi dengan hanya mempergunakan unsur yang penting saja. Tetapi dengan pengabaian unsur-unsur yang dianggap tidak penting, dapat timbul kesalahan atau ketidaktelitian hasil penelitian. Biasanya lingkup model ditentukan sesuai dengan tujuan dan sumber daya pembuatan model.

Model sangat berguna dalam penelitian, karena obyek yang diteliti dapat ditirukan dan dianalisis dengan model. Dalam hal ini model menjadi alat untuk mendalami dan menelusuri permasalahan melalui penelitian struktur dan dinamika model. Dengan demikian, model menjadi alat untuk turut menentukan sistematika penalaran dalam pelaksanaan penelitian

6. HIPOTESIS

Masalah dapat dirumuskan secara konkrit dalam bentuk hipotesis. Banyak batasan yang diberikan untuk hipotesis. Salah satu diantaranya menyebut hipotesis sebagai proposis (pertimbangan) yang diajukan sebagai dasar penalaran dan pengandaian yang dirumuskan dari data yang telah terbukti dan diajukan sebagai penjelasan sementara mengenai suatu peristiwa atau kejadian guna membangun suatu dasar bagi penelitian lebih lanjut. Secara etimologi, hipotesis berasal dari kata-kata these yang berarti pendapat, dan hypo yang berarti kurang. Jadi hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat yang masih memiliki kekurangan, belum final dan masih memerlukan pembuktian. Dengan demikian hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan sementara, yang masih perlu dibuktikan kebenarannya, sebelum diterima sebagai suatu kesimpulan. Tegasnya hipotesis adalah suatu jawaban duga yang dapat menjadi jawaban yang benar. Bila kemudian dengan data yang terolah dapat dibuktikan kebenarannya maka hipotesis tersebut dapat berubah menjadi suatu kesimpulan atau tasis (pendapat yang telah teruji kebenarannya).

Pada mulanya tidak banyak orang berpendapat bahwa penelitian lebih berhubungan dengan pengumpulan fakta-fakta daripada menduga-duga jawaban suatu masalah. Belakangan baru diyakini manfaat hipotesis bagi pelaksanaan penelitian. Hipotesis mengkonkritkan dan memperjelas masalah yang diselediki, karena dalam hipotesis secara tidak langsung ditetapkan lingkup persoalan dan jawabannya. Pada gilirannya hipotesis memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, sehingga terhindarkan adanya penelitian yang tak bertujuan. Dengan hipotesis yang dirumuskan secara baik, proses penelitian lebih terjamin akan berlangsung secara teratur, logis dan sistematis menuju pada tujuan akhir penelitian. Selain dari itu hipotesis, memberikan jalan yang cepat dan efisien ke arah penyelesaian masalah. Tanpa hipotesis, pengumpulan data dan informasi akan dilakukan secara membabi-buta. Hipotesis memberikan batasan data yang diperlukan atau sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Meskipun telah dikemukakan kegunaan hipotesis, namun tidak semua penelitian secara mutlak memerlukan hipotesis, oleh karen sifatnya hanya sebagai pemandu ke arah penyelesaian masalah. Penelitian yang mempersoalkan macam hubungan (perilaku) antara dua atau lebih variabel biasanya memerlukan hipotesis. Sebaliknya penelitian yang sifatnya hanya mengumpulkan dan mendeskripkan fakta-fakta biasanya tidak memerlukan hipotesis. Penelitian dalam bidang ilmu tertentu, seperti botani sistematika, paleoantropologi, filsafat, matematika dan penelitian yang eksploratif biasanya tidak memerlukan adanya hipotesis.

Hipotesis selalu dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan yang mengutarakan bentuk hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan cara mengutarakan bentuk hubungan variabel dikenal dua macam hipotesis. Hipotesis kerja merupakan hipotesis yang menyatakan hubungan antar variabel secara operasional. Hipotesis ini biasanya dirumuskan dalam ungkapan : "Jika ....., maka .....". Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan atau tidak adanya perbedaan antara beberapa masalah. Hipotesis nol ini pada umumnya diselesaikan dengan perhitungan statistik untuk menguji kebenaranya (diterima) atau ketidakbenaranya (ditolak). Bentuk hipotesis biasanya dirumuskan dalam ungkapan: "Tidak ada perbedaan antara ..... dengan ..... ". Dengan demikian apabila ternyata bahwa hipotesis nol terbukti tidak benar, maka kesimpulannya menjadi: "Ada perbedaan antara ..... dengan .....". Kedua hipotesis tersebut tidak sama, akan tetapi saling melengkapi. Keduanya seringkali sengaja saling dipertentangkan untuk kepentingan suatu pembuktian yang mengarah pada obyektivitas.

Hipotesis dapat diuji dengan metode statistika. Pada dasarnya pengujian statistika bertujuan untuk menguji hipotesis nol. Hipotesis nol yang diterima berarti bahwa perbedaan-perbedaan yang ditemukan antara kelompok yang diteliti hanya merupakan suatu kebetulan saja. Hipotesis nol yang ditolak sebaliknya menyatakan bahwa memang benar bahwa ada perbedaan antara kedua kelompok tersebut. Dengan demikian hipotesis nol dapat menerangkan adanya faktor kebetulan yang dapat terjadi oleh karena kesalahan dalam pemilihan sampel.

Kesalahan dalam pemilihan sampel yang diamati pada proses pengujian hipotesis dapat mengakibatkan dua jenis kesalahan. Kesalahan tipe I adalah menolak suatu hipotesis, padahal sampel sebetulnya sesuai dengan yang diasumsikan dalam hiotesis. Kesalahan tipe II adalah tidak menolak suatu hipotesis sedangkan sampel yang dipilih tidak sesuai dengan yang diasumsikan dalam hipotesis.

Kenyataan
Kebenaran
H0H1
H01Kesalahan
Tipe I
H1B
Kesalahan
Tipe II
1 - B

Tipe Kesalahan


DAFTAR ACUAN
[1]Gay, L.R. and Diehl, 1992. Research Methods for Business and management. Macmillan Publishing Co., New York
[2]Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian masyarakat. Penerbit Gramedia, Jakarta
[3]Lastrucci, C.L. 1963. The Scientific Appoach: Basic Principles of the Scientific Method. Schenkman Publishing Company Inc., Cambridge, Massachusetts
[4]Leedy, P.D. 1974. Practical Research: Planning and Design. Macmillan Publishing Company Inc., New York
[5]Neale, J.M. and Liebert, R.M. 1986. Science and Behaviour: An Introduction to Methods of Research. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey
[6]Wilson, E.B. 1952. Introduction to Scientific Research. McGraw-Hill Book Company Inc., New York
[7]-----. 1992. Panduan metode Penelitian. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Prof Muhammadi adalah Gurubesar tetap pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia