back
Serambi KAMPUS https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

IPTEK
Senin, 10 Juli 00
Suara Pembaruan


Universitas Riset? Masih Jauh ...

MENJELANG akhir tahun 1980-an banyak perguruan tinggi negeri besar, termasuk Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, mencanangkan diri sebagai universitas riset. Ini merupakan niat dan upaya untuk meningkatkan harkat perguruan tinggi di Tanah Air. Namun hingga kini, belum satu pun perguruan tinggi yang benar-benar layak disebut universitas/ perguruan tinggi (PT) riset.

Menurut Guru Besar Ilmu Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad, Prof Dr Rustam Effendi Siregar MS, paling tidak ada lima ciri pokok universitas riset. Pertama, sebagian besar (65-75 persen) aktivitas dosen berupa penelitian alias meneliti, dan sisanya yang 25-35 persen digunakan untuk pendidikan alias mengajar.

Kedua, harus ada kelompok-kelompok peneliti di kalangan dosen atas persetujuan universitas. Ketiga, setiap kelompok peneliti harus terdiri dari seorang guru besar (profesor), empat-lima doktor, dan beberapa orang teknisi dan staf administrasi.

Keempat, dana penelitian harus berasal dari pemerintah melalui persaingan dan monitoring yang ketat, atau dari kerja sama dengan perusahaan dan industri. Pihak universitas menyediakan dana rutinnya saja.

Kelima, setiap penelitian harus melibatkan para mahasiswa program sarjana (S1), program magister (S2) dan program doktor (S3) dalam rangka penyelesaian studi mereka.

"Sampai saat ini keadaan universitas kita di Indonesia masih sangat jauh dari kelima ciri pokok universitas riset ini. Namun kita harus mempunyai pandangan dan usaha ke arah itu," ujar Rustam Effendi Siregar dalam orasi pengukuhannya sebagai Guru Besar Ilmu Fisika, FMIPA Unpad di Kampus Unpad Bandung, baru-baru ini. Ilmuwan kelahiran Hutagodang, Sumatra Utara itu, menyajikan orasi ilmiah berjudul, ''Peran MIPA dalam Pengembangan Teknologi Fotonik''.

Mencapai Predikat

Rustam mengemukakan, ada beberapa usaha yang mesti segera dilakukan untuk mencapai predikat universitas riset. Pertama, meningkatkan jumlah dosen yang bergelar doktor (minimal 30 persen dari seluruh dosen) dalam sepuluh tahun mendatang. Bantuan universitas secara institusional dan para staf senior secara pribadi sangat dibutuhkan untuk mendapatkan beasiswa di dalam atau di luar negeri.

Kedua, memulai pembentukan kelompok-kelompok penelitian dan menetapkan bidang-bidang penelitian yang dianggap tepat dalam 5-10 tahun mendatang. Usul pembentukan dapat diajukan ke universitas/lembaga penelitian (LP) PT yang bersangkutan.

Ketiga, universitas harus memberikan dana rutin bagi kelompok peneliti yang dianggap sangat relevan. Keempat, LP atau siapa pun dapat menawarkan kerja sama penelitian dengan pihak-pihak luar unversitas.

Kelima, semua penelitian yang didanai universitas harus dipantau oleh LP dan melaporkannya ke pemimpin universitas dan/atau pemberi dana lainnya.

Ayah tiga anak itu mengemukakan, tulisan ilmiah (publikasi) para dosen Indonesia di jurnal-jurnal ilmiah nasional dan internasional sebetulnya dapat mengangkat harkat diri universitas khususnya dan bangsa Indonesia umumnya. Namun ini sulit menjadi kenyataan selama penelitian belum menjadi bagian dari hidup para dosen.

''Dunia penelitian belum cukup menarik bagi sebagian besar dosen, karena di samping membutuhkan waktu dan pikiran, penelitian memang tidak menjanjikan pemasukan (uang) yang memadai,'' katanya.

Menurut Rustam, kini tidak zamannya lagi penelitian dilakukan secara mandiri di kalangan dosen. Sebab, penelitian mandiri bisa "layu sebelum berkembang". Karena itu, para dosen harus membentuk kelompok dan bersama-sama merencanakan penelitian. Sebaiknya penelitian tim itu berkesinambungan dari tahun ke tahun, agar para anggota tim penelitian yang bersangkutan kelak memiliki track record yang jelas dan baik.

Di samping itu, topik-topik penelitian tersebut sebaiknya ditawarkan kepada mahasiswa dalam rangka tugas akhir. Setiap orang harus menyisihkan waktu secara teratur dan konsisten, dan bertemu secara periodik dengan sesama rekan dan mahasiswa dalam diskusi atau seminar kecil.

Teknologi Fotonik

Dalam orasinya sepanjang 36 halaman itu, Rustam memperkenalkan suatu bidang penelitian yang dekat sekali dengan aplikasinya. Karena wilayah Indonesia sangat luas dan penduduknya pun sangat banyak, maka dia yakin, suatu ketika Indonesia akan menjadi pasar yang besar bagi teknologi fotonik.

''Bila kini kita tak dapat berperan karena tiadanya dana, setidak-tidaknya mulai sekarang kita dapat mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi teknologi tersebut,'' ujarnya. Untuk itu, Rustam mengungkapkan beberapa perkembangan penelitian dalam divais dan material yang di dalamnya MIPA memiliki peran yang cukup besar.

Memang, lanjutnya, dengan kondisi ekonomi Indonesia sekarang, penelitian di bidang pengembangan teknologi fotonik masih sulit dilakukan karena sulitnya memperoleh dana penelitan. Namun peluang masih tetap ada kalau para dosen/peneliti mampu membentuk tim kerja sama, tidak hanya di bawah atap satu universitas tetapi juga dengan berbagai universitas atau perguruan tinggi besar lainnya, baik di dalam maupun luar negeri.

Tentunya tidak hanya proyek penelitian yang didanai saja yang dapat membuat para dosen/peneliti bekerja sama, namun yang lebih penting adalah adanya visi yang sama serta kemauan yang sangat kuat untuk mewujudkannya. Memang benar, di mana ada kemauan di situ ada jalan. (101)