back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Radar Madura
Senin, 10 Juli 00
Jawa Pos


Mengungkap Plus/Minus Penerimaan Siswa Baru Sistem Bebas di Pamekasan
Sekolah Favorit Berkibar dan Sekolah di Pinggiran Makin Terpuruk

PAMEKASAN - Baru kali ini sistem bebas penerimaan siswa baru (PSB) SLTP dan SMU/ SMK benar-benar menuntut perhatian banyak pihak. Bukan hanya Dinas atau Departemen terkait dan panitia penerimaan siswa baru di tiap sekolah, namun para orang tua siswa juga harus sibuk mencarikan tempat untuk pendidikan lanjutan anak anaknya. Bagaimana pulus minus pendaftaran siswa baru yang diberlakukan secara nasional ini ?

"Kalau bukan karena alasan agar anak kami tidak termenung dan banyak bermain di rumah, mungkin kami tidak akan ''ngoyo'' mencarikan sekolah. Bayangkan beberapa hari kami harus mengurus anak untuk masuk sekolah. Sekarang ini aneh. Mau masuk sekolah sudah repot apalagi untuk cari kerja," Demikian ungkapan kekesalan H. Imron Hasbullah, salah wali murid warga Desa Branta Pesisir Kecamatan Tlanakan, ketika Radar Madura berkunjung ke rumahnya Kamis malam kemarin.

Walaupun akhirnyam H Imron Hasbullah, yang mengaku anak satu satunya yang baru lulus SLTP juga bisa diterima di SLTA, namun jarak antara rumah dengan tempat sekolah itu sangat jauh. "Akhirnya kami yang harus ngalah mas mungkin harus mengantarkan tiap hari. Bayangkan anak kami perempuan harus masuk sekolah ke SMUN Galis. Jarak dari Tlanakan ke Galis sangat jauh," tuturnya.

Apa yang dituturkan H. Imron Hasbullah itu hanya sebagian saja keluahan orang tua siswa seputar pelaksaanaan PSB yang diterapkan tahun ini. Keluhan lainnya tentu masih banyak. Misalnya yang dialami oleh Moh. Hasan warga Pademawu. Dia terpaksa harus mengeluarkan banyak dana untuk memasukkan anaknya kejenjang SLTA. "Pendaftara tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Anak kami mendaftar beberap kali pindah pindah, akhirnya banyak dana yang kami keluarkan, " ujarnya kalem.

Apa yang diungkapkan Pak Hasan itu masuk akal. Bagi orang tua siswa yang berduit mungkin tidak jadi soal masalah yang penting anaknya bisa masuk diterima di sekolah yang diinginkan. Namun bagi orang tua yang ekonominya rendah, dengan tidak banyak tahu pada sistem pendaftaran tahun ini mereka bingung dan terpaksa beberapa kali harus pindah sekolah karena NEM anaknya yang redah.

Sistem penerimaam siswa baru tahun ini memang tidak lagi memakai sistem rayonisasi seperti tahun sebelumnya. Dimana anak dari lulusan sekolah tertentu sudah diketahui sasaran sekolah lanjutannya yang dituju. Sistem saat ini bebas. Anak boleh memilih sekolah yang dimauinya yang penting memenuhi NEM yang ditetapkan sekolah yang dipilih. Kalau dalam sistem rayonisasi siswa yang berasal dari sekolah yang ada di kecamatan tidak mungkin bisa masuk kesekolah kota, juga sebaliknya sekolah kota tidak mungkin masuk ke sekolah desa.

Sedangkan pada sistem bebas tahun ini, anak lulusan SD maupun SLTP bebas memilih SLTP maupun SMU/SMK yang dituju. Banyak siswa lulusan SD maupun SLTP kota yang harus ''turun'' ke kecamatan karena NEM nya rendah, dan banyak lulusan SD dan SLTP Kecamatan yang bisa ''naik'' ke kota karena NEM-nya tinggi. Hingga saat ini SLTP maupun SMU favorit di Pamekasan masih didominasi SLTP dan SMU Kota.

Menurut Kakandepdiknas Pamekasan Drs Muhammad Yakcub, S.E., sistem PSB yang baru ini diharapkan bisa meningkatkan semangat kompetitif antar sekolah untuk meningkatkan prestasi. "Dengan sistem terbuka ini, maka untuk dipilih siswa baru tiap sekolah harus bersaing sehat dan berprestasi. Ini sangat baik untuk peningkatan kualitas lulusan maupun perbaikan manajemen sekolah.

Sementara Kepala SMU Negeri 3 Pamekasan Drs Muhammad Yusuf Suhartono melihat dampak positif sistem bebas ini adalah orang tua siswa dituntut untuk memantau dan bertanggung jawab atas kelanjutan pendidikan anaknya. "Dengan sistem ini akhirnya orang tua akan banyak meluangkan waktunya lagi untuk anaknya. Nah perhatian macam ini perlu sekali. Agar anak tidak dibiarkan jalan sendirian atau diserahkan pada sekolah asalnya, " katanya.

Yusuf Suhartono juga menambahkan dengan sistem bebas ini bisa menciptakan demokratisasi bagi anak untuk memilih sekolah tujuan sesuai dengan prestasinya. "Ini merupakan penghargaan HAM bagi anak anak. Sehingga mereka bisa mengukur dirinya bisa bersaing dengan siapa. Untuk menghadapi persaingan kedepan dengan sisten seperti ini anak akan menjadi lebih siap. Sebab tuntutan perkembanggan pendidikan makin kompleks, " jelas pengelola Kelas Unggulan di SMUN 3 ini.

Secara edialis apa yang diungkapkan Muhammad Yakcub dan Muhammad Yusuf Suhartono itu betul. Namun apakah konsep itu realistis ? mampukah SLTP maupun SMU mengikuti tuntutan sistem baru itu ? Ternyata dengan konsep PSB sistem bebas itu banyak SLTP maupun SMU yang belum siap. Mengapa karena hingga saat ini di Pamekasan jumlah SLTP dan SMU yang ''siap bersaing'' hanya yang ada di perkotaan saja.

Dari berbagai informasi yang dihimpun Radar Madura, akibat sistem bebas ini akhirnya siswa berprestasi yang berasal dari seluruh SD maupun SLTP bertumpuk memilih SLTP dan SMU favorit di perkotaan. Akiabatnya AMU maupun SLTP di Kecamatan hanya menerima sisa-sisa siswa sekolah favorit saja. Baik yang berasal dari Kecamatan sendiri maupun siswa kota yang tergusur.

Kondisi ini dinilai oleh Ir Hazin Mukti Direktur LP3M Pamekasan bisa mencederai pemerataan kualitas hasil pendidikan. Menurut Dia dengan sistem rayonisasi, sekolah sekolah di Kecamatan bisa punya kesempatan untuk memilih input siswa yang berprestasi. Sehingga sekolah tersebut bisa berpeluang juga mengeluarkan lulusan yang berprestasi juga karena inputnya cukup baik.

"Selama ini saya melihat telah banyak SMU berprsitasi bermunculan. Misalnya SMUN 3 bisa bersaing dengan SMUN 1 ini sebagai buah dari sistem rayonisasi. Sehingga tiap Sekolah punya peluang untuk maju karena inputnya berkualitas. Dengan sistem bebas ini, akhirnya siswa berprestasi numpuk di SLTP maupun SMUN favorit, yang lain mandek, karena inputnya lemah. Ini tidak menguntungkan dari aspek pemerataan hasil pendidikan," katanya.