back
Serambi KAMPUS https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Webmaster

R. Iskandar Zulkarnain
Chief Executive Editor

Informasi

PadepokanVirtual

URL

http://w3.to/padepokan
http://welcome.to/madura
http://travel.to/kampus

KOMPAS
Nusantara - Senin, 28 Agustus 00

Ajakan Semalam di Madura
Kompas / abdul lathief

PADA Pekan Seni Budaya Madura (PSBM), awal Agustus di Kompleks Perumahan Griya Abadi, Bangkalan (Madura)-sekitar 25 kilometer dari ibu kota Propinsi Jawa Timur (Surabaya), digelar puncak perhelatan seni budaya Madura dengan mengedepankan sebuah tradisi kebudayaan asal Sumenep (Madura).Yakni Mantan Legah sebuah upacara kemanten yang penuh dengan simbol-simbol keterbukaan, cakrawala kehidupan, kesantunan, kesetiaan dan pencapaian kesejahteraan bersama. Atraksi ini penuh nilai-nilai artistik, terlihat dari pakaian yang dikenakan mempelai laki-laki dan perempuan.

Pentas ini diselenggarakan Komunitas Seniman Madura yang tergabung dalam Dewan Kesenian Madura (DKM) bekerja sama dengan PT Soka Abadi dengan koordinator lapangan Dewan Kesenian Bangkalan (DKB).

Serangkaian kegiatan bernuansa seni dan budaya Madura seperti kesenian tradisional Sandur dan upacara adat Mantan Legah, menurut penasihat DKB Hariyadi, menjadi titik mula dari usaha mengeksistensikan Madura sebagai salah satu bagian anak negeri ini yang tidak ingin kehilangan kekayaan seni budaya yang dipunyainya.

"Melalui hajatan seni budaya ini, kami para seniman berkepentingan untuk lebih mengenalkan potensi Madura, termasuk kekayaan alam maupun keanekaragaman seni dan budaya rakyat yang masih terpelihara dengan baik," ujarnya.

PSBM yang digelar Komunitas Seniman Madura ini merupakan embrio dari perjalanan sejarah berkesenian dan berkebudayaan di Madura. Sebab, selama ini perhelatan bernuansa, apalagi yang bersentuhan langsung dengan seni budaya Madura, relatif tidak terdengar gaungnya.

Padahal, Madura memiliki karakteristik budaya yang amat spesifik, sebut saja Karapan Sapi. "Kami ingin mengembalikan wibawa Karapan Sapi Madura, karena dari aspek budaya agak terabaikan," ujar Kepala Dinas Pariwisata Bangkalan, Achmad Ridwan.

***

PSBM bertajuk Semalam di Madura, baru sebagian kecil dari serpihan hajatan Madura dalam eskalasi perhelatan akbar. Potensi kesenian tradisional yang tersebar dan banyak dimiliki komunitas Madura, belum seluruhnya tersentuh dan menjadi kekuatan riil dalam menggairahkan pembangunan dalam konteks kemakmuran untuk rakyat Madura sendiri.

Sumenep, misalnya, tidak saja memiliki obyek wisata sejarah yang amat menarik seperti Asta Tinggi, Sejarah Keraton dan Museum Sumenep, tetapi juga obyek budaya berupa Topeng Dalang, upacara nyadar dan tari Moang Sangkal.

Menjual Madura lewat PSBM, baru sebuah upaya awal untuk memperkenalkan Madura secara utuh. Sebab, bagaimanapun komunitas Madura sebagai bagian dari etnik bangsa di negeri ini, memiliki karakteristik yang berbeda dengan etnik lain, termasuk dalam komunitas masyarakat Jatim.

Menurut KH Moh Tidjani Djauhari MA, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Sumenep, salah satu tradisi yang amat dijunjung tinggi oleh masyarakat Madura adalah kesopanan, menghargai orang yang lebih tua dan yang berjasa serta bersikap andhep asor (rendah hati dan tawadu). "Orang yang tidak sopan dianggap kurang ajar dan mesti mendapat cemoohan sebagai sanksi sosial," ujarnya.

Kehormatan mempunyai nilai yang tinggi dalam sudut pandang orang Madura, terutama terhadap orang yang lebih tua pada umumnya atau lebih tinggi status sosial dan ilmunya, lebih-lebih terhadap guru dan kiainya. "Ada ungkapan yang terkenal di antara mereka, madu dan dara. Artinya, jika diperlakukan dengan baik, balasannya pun kebaikan. Sebaliknya, kalau diperlakukan sewenang-wenang, dhalim dan tidak adil, harga dirinya diinjak-injak, maka balasannya lebih berat bahkan bisa menumpahkan darah," tutur Tidjani.

***

PSBM ini baru merupakan embrio dari kegairahan berkesenian dan berkebudayaan. Ini berarti pula, pergelaran kesenian tradisi dari keempat wilayah Kabupaten di Pulau Madura, yakni Sumenep, Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan, tidak saja menjadi bagian dari hajatan seni budaya, namun jauh memiliki arti dalam pengembangan potensi daerah.

"Jika melalui pendekatan politis, Madura tampak terlalu kasar. Jika melalui ekonomi, tampak masih parsial. Artinya banyak kepentingan-kepentingan. Tetapi jika memandang melalui seni budaya, masyarakat Madura bisa lebih bergairah," ujar Hariyadi.

PSBM, kata Hariyadi, sebagai media untuk menggali potensi Madura secara utuh dalam mengaktualisasikan adat istiadat dan etika yang telah dilakukan masyarakat Madura sejak dulu hingga kini. "Madura sebagai bagian dari Jatim, memiliki karakteristik budaya yang masih terpelihara dengan baik, misalnya saja, Mantan Legah," ujarnya.

Dalam hajatan seni dan budaya yang hanya berlangsung sepekan itu, tidak semua seni budaya Madura bisa dipentaskan. Namun demikian, nuansa karakteristik nilai-nilai estetika maupun sakralitas dari sebuah perhelatan berkesenian dan berkebudayaan tetap lekang dan melekat. "Kami harapkan ke depan, banyak lagi yang bisa dilakukan," ujarnya.

Gelar PSBM ini, menurut Hariyadi, tidak saja mendapat dukungan dari para seniman, budayawan, birokrat, pengusaha, malainkan pula sokongan penuh dari kalangan ulama. "Adat istiadat itu fitrah, karena itu pendekatan melalui sosial budaya lebih pas untuk masyarakat Madura," ujar Hariyadi.

PSBM ini tidak sekadar hajatan seni budaya, tetapi juga ingin memperkenalkan potensi Madura, termasuk hasil-hasil kerajinan, obyek wisata sampai ekspose kekayaan alam. "Visi utamanya tetap pada kelestarian seni budaya Madura, namun penyajian potensi wilayah menjadi bagian penyatuan program kerja Disparda dan pemerintah daerah. Sebab itu, dalam Pekan Seni Budaya Madura ini kami pun menggaet para pengusaha asal Madura," ujar Hariyadi.

Membangun Madura tanpa mengenali karakteristik budaya etnik bersangkutan, tidak akan mencapai hasil maksimal. Sebab itu, kebersamaan harus terlebih dahulu dibangun. Proyek-proyek ambisius tanpa memperhatikan nilai-nilai budaya, bakal sulit diterima masyarakat. Ini berarti pula, rencana membangun Madura Mal lengkap dengan fasilitas rumah makan terapung di Kamal (Madura), perlu kajian lebih serius dan mendalam. "Jangan sampai masyarakat Madura hanya menjadi penonton. (tif)

Berita daerah lainnya:

atas