20 Oktober 1998
SURYA
NO: 350 TAHUN XII O ISSN 0215-5060

Harga Ekspor Rp 100.000/kg
GENJOT EKSPOR TERI NASI
back
Sampang, Surya
Sejauh ini baru sekitar 25 persen dari total produksi teri nasi di Jatim yang dapat diekspor. Selebihnya terpaksa dipasarkan di dalam negeri, karena tidak memenuhi standar kualitas ekspor.
"Kualitas menjadi kendala utama ekspor. Mereka, yang terlibat proses produksi, perlu mendapatkan bimbingan dan pelatihan," tandas Kakanwil Deperindag Jatim Drs Suharno, ditemui seusai pembukaan Pelatihan Komoditas Teri Nasi, Senin (19/10).
Pelatihan diadakan di Hotel Wisata Pantai Camplong, Sampang, dibuka Bupati Drs H Fadillah Budiono dan diikuti tak kurang dari 50 peserta. Usai pembukaan, Kakanwil meninjau proses pengolahan teri nasi dan tambak garam.
Dicontohkan Suharno, produksi teri nasi di Kabupaten Sampang yang mencapai 1.000 ton per tahun, yang bisa diekspor tidak lebih dari 265 ton per tahun. Begitu juga daerah-daerah lain, rata-rata hanya 25 persen saja dari jumlah produksi yang bisa diekspor.
Itu sebabnya, lanjut Suharno, nilai ekspor teri nasi relatif kecil dibandingkan dengan potensi yang dimiliki Jatim, yaitu cuma 24 juta dolar AS (sejak Januari hingga September) atau 8,8 persen dari total nilai ekspor ikan serta udang Jatim yang mencapai 272 juta dolar AS tahun lalu.
Kenyataan semacam itu patut disesalkan. Pasalnya, selain negara sedang membutuhkan dolar untuk menguatkan nilai tukar rupiah, ekspor jua merupakan kesempatan emas untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan mereka yang terlibat dlam proses produksi. Harga jual teri nasi di luar negeri, kata Suharno, cukup mahal, minimum Rp 100.000 per kg.
Mengenai kondisi ekspor Jatim, Suharno memaparkan, meski sedang dilanda krisis moneter, dan ekspor nasional mengalami penurunan sekitar 4 persen, ekspor Jatim justru naik 21 persen dengan total nilai 3,5 miliar dolar AS (Januari - September 1998).
Komoditas dari Jatim yang diekspor saat ini ada 1.357 jenis, dengan tujuan 137 negara yang tersebar di 5 benua. Dalam 9 bulan terakhir, nilai ekspor tertinggi ditempati komoditas kertas (lebih 500 juta dolar AS), disusul kemudian perhiasan (480 juta dolar AS), mebeler kayu/furnitur (280 juta dolar AS), serta ikan dan udang (272 juta dolar AS). (lia)