back
Serambi MADURA PadepokanVirtual
Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment

JATIM
Kamis, 30 September 1999
SURYA


Makam Kuno Diserbu Pengunjung

Sumenep, Surya

Berita ditemukannya 45 makam kuno di Benteng, Desa Penaongan, Kabupaten Sumenep cepat menyebar. Ratusan pengunjung tidak hanya dari Sumenep, Pamekasan, Sampang, bahkan dari Situbondo dan Jember berdatangan ke lokasi itu.
Akibatnya, arus lalu-lintas di sekitar lokasi macet. Meski di sekitarnya terdapat lahan yang luas,namun karena masih banyak pepohonan, hanya sebagian mobil yang tertampung. Puluhan mobil sisanya terpaksa diparkir berderet di pinggir jalan raya.
Sengatann matahari tak mempengaruhi pengunjung untuk menyaksikan makam itu dari dekat. Namun khawatir kedatangan mereka merusak lokasi makam yang tengah digali, pengelola menyediakan tempat yang berjarak 5 meter dari lokasi makam.
Tidak semua pengunjung bisa melihat dari dekat, karena pihak pengelola menanyakan lebih dahulu apa kepentingannya. Jika sudah diizinkan, sepatu dan sandal harus dilepas. Banyak para pengunjung yang terpaksa berjalan jinjit karena tak kuat menahan panasnya pasir yang tersengat matahari.
Hingga kini, usaha penggalian makam itu terus dilakukan penduduk secara bergantian. Sementara pengunjung yang ingin mengetahui nama orang dikubur tak perlu melihat dari dekat makam. Penggali makam itu sudah menyediakan fotokopi lembaran yang berisi nama-nama yang dikubur, dan peminat cukup menukar uang ala kadarnya. Setiap orang memberi uang sukarela antara Rp 1.000 - Rp 1.500 sebagai pengganti fotokopi.
Diberitakan sebelumnya, sekitar 45 makam kuno berusia sekitar 700 tahun ditemukan oleh penduduk kampung Benteng, Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan, 37 km utara Sumenep. Makam itu ditemukan terpendam sedalam 5 meter di tanah pasir di pinggir pantai Pasongsongan.

Wisata Ziarah

Kabag Humas Pemda Sumenep, Drs Didik Untung Samsidi, menjelaskan langkah awal Pemda Sumenep adalah melakukan pengamanan lokasi makam. Jangan sampai cagar budaya itu rusak karena banyaknya pengunjung.
Diungkapkan, karena pencarian makam oleh penduduk menggunakan alat tradisonal, Bupati Sukarno Marsaid menghubungi Dinas PU Bina Marga Sumenep untuk membantu melakukan penggalian dengan alat keruk.
Begitu juga jalan ke lokasi yang masih kurang memadai itu akan disempurnakan dengan dibuatkan jalan makadam. "Minggu (2/10) mendatang, Pak Bupati akan meninjau kembali lokasi itu bersama Dinas PPU Bina Marga," ungkap Didik Untung.
Sementara itu Kasi Kebudayaan Depdikbud Sumenep, Dra Trisnawati, kepada Surya Rabu (29/9) mengakui tahun meninggalnya orang di makam itu bervariasi. Namun, tidak jelas apakah tahun masehi atau hijriah. "Disini tidak punya lembaga yang ahli di bidang arkeologi, maka kami minta bantuan Museum dan Purbakala (Muskala) Kanwil Depdikbud, serta menghubungi Direktorat Kepurbakalaan di Jakarta," ujarnya.
Dari penelitian sementara, besar kecilnya ukuran makam bervariasi, antara panjang 220 cm, lebar 110 cm, tinggi 56 cm, dan tebal 86 cm.
"Kami belum memastikan, apakah makam itu dari seorang wali atau makam yang bernilai sejarah. Tapi, melihat berjubelnya pengunjung, Pemda berniat menjadikan lokasi itu sebagai wisata ziarah," kata Trisnawati. (sin)