back
Serambi KAMPUS https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Virtual Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Jumat
28 April 2000
Suara Pembaruan


Sekolah Beralih Fungsi Menjadi "Pabrik Ijazah"
Persepsi yang Benar Mengenai Sekolah Telah Hilang,
Nilai Ilmiah Dijajah Nilai Ekonomi

Jakarta, 28 April

Siswa pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi tengah mengalami krisis kebenaran objektif dan nilai ilmiah yang sangat akut. Hal ini disebabkan sekolah dialihfungsikan dari tempat untuk mengelola nalar, mengungkap rahasia alam, dan mencari kebenaran, menjadi tempat pertukangan, lembaga penyalur tenaga kerja siap pakai, bahkan menjadi "pabrik ijazah".

Banyak orangtua murid dan siswa bahkan mahasiswa sudah kehilangan persepsi yang benar mengenai lembaga sekolah. Nilai ilmiah sudah dijajah dan dikuasai oleh nilai ekonomi. Ijazah tidak dinilai sebagai suatu manifestasi dari penguasaan ilmu tetapi sekadar tanda tamat belajar yang memiliki civil effect atau hak istimewa untuk memperoleh lapangan pekerjaan.

Demikian dikatakan Pakar Sosiologi UI, Dr Paulus Wirutomo dalam diskusi ''Membedah Sistem Pendidikan di Indonesia'', Kamis (27/4), di Kampus Universitas Negeri Jakarta.

''Bila ini terus dibiarkan, proses pendidikan di Indonesia akan berubah menjadi pasar jual-beli ijazah. Jangan heran jika kemudian masyarakat menjadi gila gelar dan dimanfaatkan para broker menjualbelikan ijazah pascasarjana asing,'' tukasnya.

Menurutnya, maraknya orang memasuki lembaga sekolah akhir-akhir ini tidak dapat dijadikan indikator yang baik dari munculnya learning society atau masyarakat belajar. Karena, makna sekolah dari para pelakunya adalah memperoleh ijazah.

Masyarakat harus kembali kepada kesadaran bahwa tanpa adanya nilai-nilai akademis, maka bangsa ini tidak pernah akan dapat mengungkap rahasia alam. Artinya, bangsa ini tidak akan pernah dapat menguasai teknologi. Indonesia hanya akan dapat menjadi konsumen teknologi atau paling tinggi menjadi tukang atau operator teknologi.

''Spirit pendidikan harus diubah dari memberikan materi melalui pengajaran menjadi menggerakkan motivasi bertindak kepada murid dan mahasiswa. Untuk itu yang terpenting bukan sekadar menyusun kurikulum, tetapi menghidupkan hidden kurikulum atau aktivitas di sekolah yang bersifat informal dan tidak seragam, tetapi nyata, dinamis, dan hidup,'' papar Paulus.

Motivasi

Ditekankan, kunci dari kemajuan iptek di masa depan adalah sikap manusia Indonesia yang memiliki keinginan mencari. ''Saat ini, para anak didik kita mulai dari tingkat SD sampai Universitas tidak memiliki motivasi kognitif ini, sehingga para siswa jatuh pada situasi jalan termudah menyontek dan menyuap,'' katanya.

Sedangkan pakar pendidikan, Dr Basuki Wibawa menilai, kebutuhan untuk berprestasi dan berkompetisi harus dijadikan suatu "virus mental" yang disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat yang ingin maju. Penyebaran "virus mental" ini memerlukan tokoh-tokoh panutan dalam masyarakat, baik pemimpin formal maupun informal.

Secara potensial, sambungnya, sesungguhnya setiap manusia menurut kodratnya diciptakan untuk menjadi seorang pemimpin. Sebagai pemimpin, manusia dituntut untuk memiliki sepuluh ciri kebutuhan untuk berprestasi.

Ciri-ciri orang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi, disebutkannya antara lain, mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang diembannya, suka mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya, tanggap terhadap peluang dan kesempatan yang ada, dan lebih mementingkan kepuasan keberhasilan.

Dalam mengembangkan visi dan misi pendidikan, terdapat empat strategi pokok untuk misi mencerdaskan kehidupan bangsa. Yakni pemerataan kesempatan belajar, peningkatan relevansi, peningkatan mutu dan peningkatan efisiensi, serta efektivitas pengelolaan pendidikan.(E-5)