back
Serambi MADURA PadepokanVirtual
Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment

Senin
13 September 1999
Radar Madura


Nyonya Badriyah:
Meracik Madura dengan Tangan

Bangkalan, Radar.-

Nama Ny. Badriyah, mungkin, bukan nama yang asing bagi masyarakat Bangkalan, khususnya penggemar Jamu Madura. Nama wanita cantik yang masih tampak segar dan awet muda pada usianya yang sudah kepala tiga ini, memang tertera sebagai salah satu merk dagang Jamu Madura.

Pemilik kios jamu di Jl RA Kartini Bangkalan ini menggeluti usaha sebagai pembuat dan penjual Jamu Madura sebagai usaha turun temurun. Namun, baru dikelola secara lebih profesional, dalam arti pemasaran dan pengemasannya, sejak usaha ini ditangani Ny. Badriyah.

Akibatnya, Jamu Madura produksi Ny. Badriyah kini tidak hanya dikenal di Bangkalan, tapi juga mulai digandrungi oleh konsumen di Malang, Solo, Surabaya, dan daerah luar Jawa. Bahkan, pembelinya juga datang dari luar negeri, seperti Brunei dan Malaysia.

‘’Mereka biasanya datang sendiri ke sini untuk mengambil pesanannya,’’ kata Ny. Badriyah, yang mulai dipercaya mengambil tongkat estafet usaha keluarganya pada tahun 1985 lalu.

Pada awalnya, jamu buatan Ny. Badriyah yang berbentuk serbuk dan pil tersebut dipasarkan dari rumah ke rumah. Setelah cukup dikenal, ia membuka kios di rumahnya. ’’Pembeli yang datang ke sini biasanya minta langsung diseduhkan,’’katanya. ‘’Waktu itu saya hanya membuat enam jenis jamu,’’ kenangnya.

Jamu seduhan Ny Badriyah memang rasanya tidak begitu pahit, tetapi terasa gurih dan segar. Ini dituturkan oleh seorang langganan tetap Ny. Badriyah yang saat itu sedang berkunjung ke kios Ny. B adriyah. ’’Jamu seduhan Ny. Badriyah rasanya enak, gurih, segar dan tidak terlalu pahit,’’ katanya.

Jamu tradisional buatan Ny. Badriyah, hingga saat ini masih diproses secara tradisional. Untuk memberi jaminan kepada pelanggannya, 1990 Ny. Badriyah mendapatkan izin Departemaen Kesehatan RI. Kini, Ny. Badriyah sudah memproduksi 20 jenis jamu untuk pria dan wanita, sebagian besar khusus dibuat untuk kaum wanita.

Untuk mengembangkan usahanya, Ny. Badriyah mengaku sudah berkali-kali mengajukan kredit, tetapi belum pernah didapatkannya. ’’Kredit itu rencananya akan saya pakai untuk membeli mesin pencetak pil dan meningkarkan jumlah produksi,’’ kata wanita yang kini tetap membuat jamu dengan cara menumbuk dan membuat pil dengan tangan ini.

Dengan karyawan sebanyak enam orang, Ny. Badriyah hanya mampu membuat 500 kemasan jamu dalam sehari. ‘’Hingga kini saya belum pernah menerima komplain dari para pelanggan,’’ kata wanita yang pernah mendapat penghargaan dari Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia dan dari Ny. Moeryati Soedibyo.

Ditanya tentang roda usahanya di tengah badai krismon sekarang, Ny. Badriyah mengatakan, hingga kini tidak mempengaruhi pemasaran jamunya. ’’Walau pun harga bahan baku naik dan harga jamu saya juga ikut naik, pembeli jamu saya tetap ramai,’’ katanya.

Selain itu, kata Badriyah, hasil produksinya juga dipasarkan di beberapa kota di Jawa. ’’Banyak pedagang jamu dari Jawa yang memesan jamu Madura buatan saya untuk di jual di daerahnya. Mereka antara lain datang dari Solo, Malang dan Surabaya,’’ tuturnya.

Saat ini Ny. Badriyah masih mengharap agar pemerintah, khususnya Pemda Bangkalan, mau membantunya untuk mendapatkan kredit lunak. ’’Saya tetap mengharap mendapat bantuan pemerintah atau mendapatkan kemudahan untuk mengajukan kredit lunak,’’ kata Badriyah. (ris)