back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Life-long e-Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality


Selasa, 05 Desember 2000
SURYA


Kadar Gula Terkontrol
Penderita Kencing Manis Aman Puasa

Namun tidak semua penderita DM diperbolehkan menjalankan ibadah puasa. Ada kondisi tertentu yang harus mereka penuhi. "Penderita DM yang diperbolehkan menjalankan puasa adalah yang memperoleh suntikan insulin di bawah 40 unit/hari. Bila dalam sehari diharuskan mendapat suntikan lebih dari itu, tidak dianjurkan untuk berpuasa," ujar spesialis penyakit dalam, dr H Chaidir Aulia, dalam seminar "Kiat Sehat di Bulan Ramadhan Bagi Penderita Diabetes Mellitus".

Menurut Chaidir, keadaan gula darah penderita DM yang mendapatkan suntikan insulin lebih dari dua kali, biasanya tidak stabil, sehingga sangat rentan bila menjalankan puasa.

"Kalau tetap ingin menjalankan ibadah puasa, ya harus mengontrol kadar gula darahnya secara teratur. Bila tidak, dikhawatirkan terjadi hipoglikemia atau gula darah turun," sambung Chaidir. Tanda-tanda hipoglikemia adalah gelisah, berkeringat, gemetar, jantung berdebar-debar, rasa semutan pada lidah dan bibir, penglihatan ganda, serta bingung. Bila hipoglikemia ini dibiarkan, penderitanya bisa mengalami penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Tiga Kelompok

Dalam keadaan normal, gula darah dipertahankan pada posisi antara 60-126 miligram persen. Gula darah dipakai sebagai sumber energi utama bagi organ-organ penting, seperti otak, jaringan syaraf, dan sel-sel darah. Bila berpuasa (tidak ada asupan kalori), akan terjadi pemecahan glikogen hati menjadi glukosa, dalam upaya tubuh mempertahankan kadar gula tersebut. Glikogen hati ini dapat menjadi sumber glukosa darah untuk kebutuhan otak selama 12-16 jam.

Dengan demikian puasa Ramadhan yang hanya sekitar 14 jam/hari tidak terlalu mengganggu kesehatan orang sehat atau penderita DM yang kadar gulanya terkontrol.

"Berpuasa atau tidak, makanan penderita DM harus dijaga dengan ketat. Terutama dalam perencanaan makanannya. Jumlah kalori yang dimakan harus tidak berubah. Jadi harus diingat, saat puasa, yang berubah hanyalah jadwal makan, bukan porsi kalorinya," jelasnya.

Chaidir kemudian memberikan pengelompokan penderita DM dalam kaitan dengan kesanggupan mereka menjalani ibadah puasa. Kelompok pertama, kata Chaidir, adalah penderita DM yang kadar gulanya terkontrol dengan perencanaan makan dan olahraga. Penderita DM di kelompok ini tidak masalah bila hendak berpuasa.

Kelompok kedua adalah pasien DM yang di samping melaksanakan perencanaan makan dan olahraga, juga memerlukan obat hipoglikemia oral (OHO) untuk kontrol kadar gula darah.

Kelompok ini masih terbagi dua, yaitu yang membutuhkan dosis tunggal dan kecil (misalnya glikenblamid 1 x 1/2 tablet sehari) dan kelompok yang membutuhkan OHO dengan dosis yang lebih tinggi (misalnya glikenblamid 2 x sehari). Penderita DM dalam kelompok ini masih dapat melakukan ibadah puasa, asal melakukan perubahan dalam perencanaan makan, aktivitas fisik dan pengobatan.

Terakhir adalah penderita DM kelompok ketiga, yang selain diharuskan melaksanakan perencanaan makan dan olahraga, juga membutuhkan insulin. Kelompok ini pun terbagi dua lagi, yaitu yang membutuhkan insulin sekali sehari (misalnya NPH 20 unit/hari) dan yang membutuhkan insulin dua atau lebih (misalnya memerlukan actrapid 3 x 12 unit/hari). Kelompok yang membutuhkan insulin dua kali atau lebih sehari, sebaiknya tidak menjalankan puasa, karena kadar gulanya tidak stabil. Kalau dipaksakan bisa mengakibatkan terjadinya komplikasi.

Tips penderita DM

  1. Dalam perencanaan makan, jumlah asupan kalori selama bulan puasa kira-kira sama dengan jumlah asupan kalori sehari-hari yang dianjurkan sebelum puasa.
  2. Pembagian porsi makan: 40 persen dikonsumsi makan sahur, 50 persen waktu berbuka, dan 10 persen sebelum tidur.
  3. Makan sahur sebaiknya dilambatkan (semakin dekat dengan waktu Imsak).
  4. Lakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan wajar seperti biasa. Hanya dianjurkan untuk istirahat sebentar di tengah hari.(yun)