back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Sabtu 7 Juli 1999 |
Suara Indonesia |
Di Madura, Aksi Jempol Darah Direaksi Keras
Pamekasan - SI
Sejumlah ulama asal Madura di Jawa Timur, sepakat menyikapi perilaku politik yang mengarah pada kekerasan akhir-akhir ini, dengan mengumpulkan sekitar 2 juta relawan yang tersebar di Nusantara. Para relawan akan tergabung dalam Front Penyelamat Islam, yang dideklarasikan di Pondok Pesantren (PP) Mambaul Ulum Bata-bata, Palengaan, Pamekasan, Selasa (6/7).
Menurut juru bicara ulama Madura, KH Syaiful Hukama', pembentukan front itu karena permintaan para santri dan ulama asal Madura yang tersebar di seluruh tanah air. Mereka meminta fatwa dan ketegasan sikap ulama untuk menanggapi aksi 'cap jempol darah'. "Mereka sudah menyatakan kesetiaan dan kesiapannya untuk menyelamatkan Islam kapan dan di mana saja. Tidak hanya darah, tapi nyawa pun siap melayang, jika Islam diusik," ujar pengasuh PP Attauhid II, Kowel, Pamekasan, usai membacakan hasil rumusan kesepakatan ulama yang disebut Deklarasi Bata-bata itu.
Dikatakannya, anggota Front Penyelamat Islam, di bawah komando KH Ali Karrar, penggasuh PP Daruttauhid, Proppo, Pamekasan, itu cukup beragam. Selain dari kalangan santri, juga para pedagang kaki lima di Surabaya. Pembentukan lembaga yang menurut KH Syaiful Hukama' namanya tidak boleh disingkat itu merupakan kewajiban ulama untuk menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul di tengah-tengah bangsa, sebagai wujud pengabdian kepada Allah swt.
Deklarasi Bata-bata itu ditanda-tangani seluruh ulama Madura se Jawa Timur. Antara lain, KH Nasir Mudhar (Probolinggo), KH Bahri Baqir (Jember), KH Naufal Ashim (Sumenep), KH Faurok Alawy (Sampang), KH Masudi Rasyid (Sampang). Di dalamnya tercetus tiga kesepakatan. Yakni, selain pembentukan Front Penyelamat Islam, juga menentang keras bentuk-bentuk perilaku politik semacam 'cap jempol darah' itu.
"Soal darah itu bagi kami benar-benar lambang kehormatan yang tidak boleh ditawar. Apalagi ini jelas berseberangan dengan akidah Islam. Kami para ulama siap mengomando jihad untuk memberantas aksi itu," tegas KH Masduq Abdullah, pengasuh PP Cendana, kecamatan Kadur, yang juga turut hadir dalam forum itu. (abd)