back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Life-long e-Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Infonomi
Senin, 27 November 2000
Surabaya Post


Jembatan Suramadu Hanya Untungkan Jepang

Bandung - Surabaya Post

Jika rencana pembangunan Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) jadi dilaksanakan dengan dana Rp 1,8 triliun, dipastikan hanya akan menguntungkan Jepang sebagai pemberi pinjaman. Karena semua perangkat, alat-alat berat, dan konstruksi bajanya didatangkan dari Jepang. Begitu juga tenaga-tenaga ahlinya berdatangan dari negara 'Matahari Terbit' itu. Indonesia sendiri kebagian mengisi tenaga-tenaga buruh yang dibayar murah.
Hal itu dikemukakan pakar lingkungan Ir Endro Sukatwoko di Bandung kemarin mengomentari rencana pembangunan Suramadu tersebut tahun depan dengan dana pinjaman dari Jepang. "Indonesia, khususnya masyarakat Madura, lebih banyak ruginya ketimbang positif atas pembangunan jembatan tersebut," tegasnya kemudian. Lulusan pertambangan Institut Teknologi Bandung (ITB) 1974 menilai, bukan saja lingkungan hidup akan rusak oleh pembangunan jembatan ini, tapi kultur dan budaya asli Madura yang jadi 'panutan' umat Islam di bagian Indonesia lainnya, akan menipis.
"Selain itu, lambat laun sektor pertanian dan kelautan di pulau yang memiliki daya tarik alam dan wisata itu, akan terlintas oleh sektor industri yang nantinya dipaksakan bercokol di sana oleh kebijakan otonomi daaerah yang mulai berlaku mulai tahun 2002 nanti," ujarnya lagi. Dia menilai tidak sepantasnya keahlian yang mempesona Pulau Madura dirusak dengan jembatan Made in Jepang yang berdiri angkuh di sana. Apalagi, katanya, untuk melalui jembatan ini dikenakan tarif yang mencekik leher, yaitu antara Rp 10.000 - Rp 25.000. "Akhirnya, masyarakat Madura sendiri yang dirugikan. Bahkan bisa saja terjadi kelak, masyarakat Madura sendiri tidak menikmati keberadaan Jembatan Suramadu ini, karena tarif tolnya sangat mahal dan terpaksa kembali seperti kondisi awal, yaitu menggunakan perahu-perahu kecil untuk menyeberang ke Surabaya dan kembali ke daerahnya di Madura," ungkap konsultan Taman Nasional Kerinci Seblat ini. (ery)