back
Serambi MADURA PadepokanVirtual
Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment

EKONOMI
Rabu, 10 November 1999
Surabaya Post


Joop Ave Terpesona Batik Madura

Surabaya - Surabaya Post

Mantan Menparpostel, Joop Ave, yang diundang sebagai salah seorang pembicara dalam seminar di MTF, Selasa (9/11), menyindir panitia, "Saya lihat panitia memakai baju batik sutra Madura yang bagus, tapi para peserta MTF tidak".
Mestinya, katanya, batik dipromosikan kepada mereka. Tidak menutup kemungkinan, pengunjung akan membeli kalau tertarik. Kalau begini caranya, bagaimana mereka bisa tahu kalau itu batik Madura? Mungkin malah belum pernah dengar namanya.
Ia mengkritik promosi wisata yang tak melibatkan seluruh segmen pariwisata. Ia mencontohkan Surabaya Big Sale (Obral Besar Surabaya) yang tak sesukses even serupa di Solo karena yang lebih banyak yang bekerja toko-tokonya.
Joop juga mengajak untuk mengoptimalkan objek-objek wisata setempat. Misalnya di Surabaya, patung Jalesveva Jayamahe, kawasan Pasar Kayoon.
Menurut dia, tahun depan lebih dari 600 juta orang yang melakukan perjalanan ke luar negeri. Ini peluang yang harus ditangkap dan dimanfaatkan. Asumsinya sebagian mereka tentu ke Indonesia untuk urusan bisnis atau berwisata.
Joop mengatakan, sekitar 90% orang asing ke Surabaya untuk tujuan bisnis dan paling lama tinggal dua hari. Ia menambahkan, sebenarnya Jatim kaya potensi wisata, tapi tak tahu cara mengemasnya. Jika mempromosikan pariwisata dan produk unggulan hendaknya yang market oriented dan jangan membangun pariwisata yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya setempat.
"Setiap wisman suka belanja. Misalnya orang Singapura bila ke Surabaya mencari kerupuk, makanan hasil laut, kerajinan, dan spa. Kenapa tak diadakan festival kerupuk, sentra pasar hasil laut dan kerajinan serta spa bernuansa alam yang komplet."

Mandek

Sebenarnya Jatim memiliki modal dasar dan potensi besar untuk mengembangkan wisata. Dekat dengan Bali sebagai daerah tujuan wisata (DTW) utama di Indonesia, hotel-hotel yang memadai, DTW yang memiliki reputasi internasional yaitu Bromo, objek wisata alam seperti Taman Nasional Meru Betiri, juga keragaman budaya.
Namun memiliki kendala dan kelemahan. Posisi strategis yang dekat dengan Bali tak cukup ditangkap sebagai peluang untuk menarik pasar wisatawan ke Jatim dengan produk-produk bersifat komplementer. Masa tinggal wisman di Jatim yang singkat karena kurangnya objek wisata yang diandalkan. Perkembangan pariwisata Jatim yang lamban menanggapi perubahan selera pasar. Juga pemasaran potensi objek-objek wisata yang tak cukup taktis dan intensif.
Menurut Joop, Jatim harus mampu menciptakan inovasi baru yang mampu membentuk DTW menjadi lebih menarik. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan wisata Jatim. Pembentukan kembali pasar lewat proses segmentasi, penentuan sasaran dan positioning produk sebagai dasar pengembangan promosi. Harus ada pengembangan produk-produk baru yang mampu jadi magnet berskala internasional.
Sedangkan layanan informasi wisata harus kreatif, jelas, menarik, dan mudah diakses dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Harus ada kemudahan transaksi jasa dan produk wisata dalam konsep one stop shopping --paket wisata, penerbangan, reservasi hotel, suvenir, keimigrasian. (nat)