Kamis, 8 Oktober 1998
Suara Indonesia
back
Surabaya - Suara Indonesia
Untuk menuntaskan kasus pembantaian berlatar belakang santet, PWNU Jatim kemarin mengundang dan berdialog dengan seluruh pengurus NU cabang se Jatim. Dari pertemuan ini, diharapkan ada klarifikasi soal pembantaian, karena mayoritas yang terbunuh ternyata adalah warga dan tokoh-tokoh NU.
"Kita terus mencari masukan dari daerah, untuk mengetahui apa sebetulnya terjadi. Masukan ini akan kami bahas, lalu hasilnya akan kami sampaikan kepada instansi terkait, termasu ke PBNU," kata Ketua PWNU KH Hasyim Muzadi, seusai pertemuan kemarin.
Pertemuan yang dilaksanakan di Kantor PWNU Jalan Raya Darmo 96 itu dihadiri seluruh pengurus wilayah, termasuk Rais Syuriah KH Imron Hamzah, KH Muchit Muzadi (wakil), dan sebagainya.
Dari hasil pertemuan itu, terungkap bahwa pembantaian terhadap warga yang disinyalir sebagai dukun santet ternyata tidak hanya terjadi di Banyuwangi, Jember, dan sekitarnya saja. Tetapi juga melanda beberapa daerah di Madura seperti Sumenep, Pamekasan. Modus operandinya sama.
Misalnya di Pamekasan. Belasan orang tewas dibantai akibat dituduh tukang saantet. Di Sumenep, dua tokoh Ansor Ancab Dungkek, diculik dan akan dibunuh. Untung dua korban itu berhasil diselamatkan. "Peristiwa di Pamekasan itu terjadi pertengahan September yang lalu. Selain guru ngaji dan warga NU, sebagian korban lain adalah warga Serikat Islam. Bahkan salah seorang kiai dan Pengurus MWC NU juga sempat jadi sasaran. Tapi, tidak jadi karena keburu ketahuan warga," ujar Ketua PCNU Pamekasan KH Hamid Manan.
Menurut Kiai Hamid, sebelum peristiwa pembantaian itu terjadi, juga sempat terjadi pendapatan terhadap orang-orang yang disinyalir sebagai tukang santet. Pendataan itu dilakukan oleh aparat dan perangkat desa. Setelah didata, mereka dibawa ke sebuah tempat di Sampang untuk dilakukan sumpah pocong.
Anehnya, setelah dibawa pulang mereka justru jadi sasaran pembantaian massal. "Melihat modus dan operandinya sama dengan yang ada di daerah lain maka saya yakin bahwa kasus ini memang ada yang mengkoordinir secara rapi. Untuk kami minta PWNU memberikan fatwa pada seluruh warga NU untuk perang sabil melawan mereka, karena mereka itu GPK (gerakan pengacau keamanan) yang mengacau ketenteraman dan keamanan daerah," katanya.
Hal yang sama diungkapkan NU Sumenep. Menurut utusan tadi, pendataan serupa juga terjadi di Sumenep. Setelah didata mereka juga dibawa ke Sampang untuk disumpah pocong. Namun, sangat aneh, meski belum terbukti apakah mereka itu benar-benar tukang santet atau tidak, beberapa hari setelah disumpah, mereka justru jadi sasaran pembantaian.
"Kami, ketika itu, yang paling menentang agar mereka tidak disumpah pocong. Sebab, berdasarkan apa mereka itu dituduh sebagai dukun santet. Sebab beberapa kiai punya firasat buruk, bahwa pasti di belakang hari pasti ada apa-apa. Dan terbukti sekarang ini."
"Bahkan tidak hanya mereka yang dibawa saja. Beberapa guru ngaji juga dibantai. Untuk itu kami minta ketegasan NU Jatim, apa yang kami harus lakukan di daerah nanti," katanya. Penjelasan yang sama juga dikatakan oleh utusan dari Jember dan lain-lainnya.