back
Serambi KAMPUS https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Life-long e-Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Webmaster

R. Iskandar Zulkarnain
Chief Executive Editor

Informasi

PadepokanVirtual

URL

http://w3.to/padepokan
http://welcome.to/madura
http://travel.to/kampus

Jawa Pos
Kamis, 28 September 00

Kisah Polda Jatim Buru H. Bahar, Orang Kaya dari Bangkalan
Oleh Baehaqi

Dituduh Bunuh Nenek dan Perkosa Gadis

Polda Jatim akhirnya bisa meringkus H Bahar Jahaya, orang kaya Bangkalan yang kini tinggal di Jakarta. Oleh tim Resmob Polda Jatim, rumahnya di Bangkalan kemarin digeledah. Dari rumah itu, disita kunci tempat penyekapan dan mobil Kijang yang dipergunakan untuk membawa H Nasucha yang pernah disekapnya. Polisi juga terus mengembangkan kasus pembunuhannya.

Selain dituduh menyekap nenek istrinya, Bahar yang merupakan orang terkaya di Bangkalan dan memiliki banyak harta di Jakarta juga diduga terlibat banyak kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Ulama-ulama Bangkalan mencatat 12 pembunuhan yang diduga melibatkan pengusaha pengerah tenaga kerja dan pelayaran tersebut.

Dalam pemeriksaan kemarin, Bahar menolak semua tuduhan polisi. Apalagi menyangkut pembunuhan. Bahkan, penyekapan terhadap nenek istrinya pun tidak diakui. ''Saya malah baru mendengar kalau nenek saya pernah disekap,'' katanya kepada penyidik.

Penyidik tidak percaya begitu saja. Sebab, sebelum menangkap Bahar, polisi sudah menanyai sejumlah saksi. Rumah tempat penyekapan pun sudah dipastikan milik Bahar meski Bahar mengingkarinya. ''Itu panti asuhan,'' katanya. Rumah di Arusbaya itu memang juga dijadikan panti asuhan.

Bahar yang dikabarkan memiliki panti asuhan, masjid, SPBU, enam rumah di Jakarta, dan beberapa buah di Bangkalan sudah lama diincar polisi, baik Polres Bangkalan, Polda Jatim, maupun Polda Metro Jaya. Dia ditangkap oleh empat penembak terbaik polda yang dibantu petugas Polda Metro di Jakarta Selatan Senin malam. Selasa pagi, Bahar langsung ditahan di Polda Jatim.

''Kami sudah lama memburu H Bahar, tetapi selalu gagal. Sebab, dia memiliki banyak kaki tangan. Kali ini dia tidak bisa berkutik,'' kata Kabag Resum Polda Jatim Superintendent Anton Charliyan yang dibenarkan oleh Kaditserse Senior Superintedent Suharto.

Anton pernah berangkat ke Jakarta memimpin langsung anak buahnya untuk menangkap Bahar. Ketika itu, informan menyebutkan keberadaan Bahar. Tetapi, ketika digerebek, dia selalu lolos.

Bahar diduga terlibat serangkaian pembunuhan baik di Jakarta maupun Madura, penyekapan, penculikan, dan penganiayaan. Namun, sementara, penyidik polda hanya menuduh dia menculik dan menyekap nenek istrinya. ''Kasus pembunuhannya masih kami kembangkan,'' kata Suharto.

Beberapa pembunuhan yang diduga diotaki Bahar dilakukan oleh kaki tangannya. Salah satu korbannya adalah H Hasan, mertua Bahar yang terbunuh di Desa Gebang, Bangkalan. Ketika itu, Hasan sedang mendatangi pernikahan familinya. Seseorang mengatakan ada titipan dari Bahar untuk istri dan anaknya. Karena itu, Hasan diajak ke rumah sebelah.

Hasan dikeroyok ramai-ramai oleh sekitar enam orang yang kemudian melarikan diri. Tubuhnya ditemukan terkoyak. Bahkan, kepalanya terpotong. Polisi menemukan satu sepeda motor yang setelah diselidiki milik Tamin. Tamin tertangkap minggu kemarin.

Pembunuhan terhadap Hasan itu diduga dilatarbelakangi dendam keluarga. Sebab, Bahar pernah dilaporkan Hasan ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan penyekapan dan pemerkosan. Penyekapan itu dilakukan terhadap istri Bahar sendiri yang terpaksa mau dikawini Bahar karena takut.

Anton mengatakan, kisah yang melibatkan Bahar itu cukup panjang. Mula-mula Bahar mengawini anak pertama Hasan bernama Nur yang cantik dan masih kuliah. ''Nur mengaku terpaksa mau dikawin Bahar untuk menyelamatkan keluarga. Sebab, kalau Nur tidak mau, keluarganya mau dihabisi.''

Selagi masih terikat perkawinan dengan Nur, Bahar melamar anak kedua Hasan. Lamarannya ditolak. Akhirnya, anak kedua Hasan itu diperkosa.

Perbuatan Bahar tak berhenti di situ. Dia kemudian melamar anak ketiga Hasan yang masih berusia 13 tahun. Lamaran itu tak bisa ditolak lantaran disertai ancaman pembunuhan juga.

Sebagai reaksi terhadap perkawinan Bahar dengan adiknya yang kedua, Nur melarikan diri. Tentu saja, Bahar marah-marah. Neneknya di Arusbaya, Bangkalan, kemudian diculik dan disekap sebagai ganti Nur. Nur akhirnya kembali kepada Hasan.

Anton menambahkan, dalam pelarian, Nur sempat minta bantuan kepada seseorang untuk nenampungnya. Orang tersebut akhirnya mati terbunuh. Sepanjang perjalanan kasus itu, juga ada orang yang mencintai Nur. Dia juga ditemukan terbunuh. ''Pokoknya siapa saja yang dekat dengan Nur diancam untuk dibunuh,'' tambahnya.

Karena kasus tersebut, ulama se-Bangkalan menyambut baik dan mendukung penangkapan Bahar tersebut. Sebab, selain diduga terlibat pembunuhan biadab terhadap besannya, Bahar juga diduga terlibat 12 pembunuhan lain, termasuk pembunuhan H Faun dan Nelsen di Jakarta.

Di Madura, kasus yang dilaporkan dua buah. Selain pembunuhan Hasan, juga pembunuhan tukang ojek yang menjelek-jelekkan Bahar di Bangkalan.

Semua pembunuhan tersebut dilakukan dengan sadis. Ada salah satu korban yang kepalanya belum ditemukan.

Pernyataan ulama tersebut disampaikan oleh KHR Fuad Amin Imron, anggota DPR RI, atas nama ulama dan tokoh masyarakat Bangkalan. Mereka, antara lain, KH S. Abdullah Schal, KH Zubair Muntashor, KH Imam Buchori Cholil, KH Abdullah Khon Thobroni, sejumlah pengasuh pondok pesantren, dan 100 tokoh masyarakat.

Mereka mengkhawatirkan kalau Bahar lolos akan berbahaya di kemudian hari. Aparat diminta tidak terpancing iming-iming Bahar. Sebab, sebagai salah satu orang terkaya di Jakarta, dia bisa melakukan apa saja dengan uangnya. Kekayaan Bahar ditengarai cukup untuk membayar siapa saja yang mau kompromi.

Bahar sudah pernah melibatkan adik Gus Dur, presiden RI, untuk menyelesaikan kasusnya. Adik Gus Dur itu pun sudah berupaya untuk mendamaikan Bahar dengan keluarga Hasan. Namun, meski keluarga Hasan menganggap masalahnya selesai, Bahar ternyata masih dendam. (hq)

Mengentas Maling, Tolak Dibilang Pemerkosa

H Bahar Jahaya yang disebut-sebut terlibat 12 pembunuhan, penculikan, penganiayaan, dan pemerkosaan di Jakarta dan Madura betul-betul merupakan orang kaya yang memiliki banyak anak buah. Dia punya SPBU, perusahaan pelayaran, perusahaan jasa pengerah tenaga kerja, panti asuhan, masjid, dan belasan rumah. Bagaimana dia meraih kesuksesannya? Mengapa dia terlibat pembunuhan?

Bertemu dengan H Bahar ternyata tidak seseram ceritanya. Orangnya kelihatan ramah, murah senyum, dan berbicara sopan. Lagaknya seperti seorang kiai yang banyak menyelipkan ayat-ayat Alquran di sela-sela pembicaraan. Yang agak seram hanyalah jenggot dan cambangnya yang dibiarkan panjang.

''Saya merasa, semua apa yang saya peroleh dari Allah. Karena itu, saya harus mengembalikan kepadanya dengan cara membantu orang lain. Karena itu, banyak orang kami rekrut,'' kata Bahar yang diwawancarai di ruang Kabag Resum Polda Jatim Superintendent Anton Charliyan kemarin.

Dia menyadari, awalnya dia juga tidak memiliki apa-apa. Hidupnya juga susah seperti kebanyakan orang Madura yang lain. Sekitar 1974, dia merantau ke Surabaya, tetapi tidak mendapatkan pekerjaan. Setahun kemudian, dia ke Jakarta dengan niat bekerja di pelayaran. ''Dua tahun tak berhasil. Saya sempat jualan koran,'' katanya mengenang.

Akhirnya, Bahar yang lupa usianya (diperkirakan 40 tahun) merantau ke Singapura. Dia menjadi tukang angkut sayur di kawasan pelabuhan sampai kesempatan ikut berlayar datang. Dia pun menjadi ABK yang berlayar ke mancanegara. Nasibnya meningkat setelah pindah ke kapal pesiar AS Royale. ''Di situ saya belajar bahasa Inggris,'' ujarnya.

Setelah merasa mendapatkan pengalaman di kapal asing, akhirnya dia kembali ke Jakarta. Didirikanlah PT Berjaya Bintang Samudera yang bergerak di bidang pelayaran. Perusahaan itu dipercaya menjadi mengelola lima buah kapal ikan Jepang. Perusahaan itu terus berkembang hingga melahirkan perusahaan pengerah tenaga kerja. Kini perusahaan itu bisa mengirim 4.000 TKI per tahun ke berbagai negara.

''Sebenarnya, saya sempat pula membeli tiga kapal. Namun, semuanya sudah saya jual. Zaman sekarang membeli kapal tidak ada untungnya,'' kata Bahar yang masih dipercaya menjadi pengelola kapal Jepang.

Dari perusahaan tersebut, Bahar yang mengenakan kopiah dan kemeja panjang dalam wawancara kemarin bisa mengeruk dolar. Penghasilan itulah, yang kemudian dikembangkan untuk membuka dua unit SPBU di Bangkalan. SPBU itu dipergunakan untuk membiayai panti asuhannya di Madura. Panti asuhan di Jakarta dibiayai dari bisnis-bisnis lain. Juga lima masjid yang didirikannya.

''Banyak orang yang harus kita bantu. Karena itu, saya dirikan panti asuhan. Bahkan, saya mengumpulkan bekas-bekas maling untuk bekerja bersama saya. Mereka bekerja di pompa bensin atau kapal,'' tuturnya sambil menyitir salah satu ayat Alquran.

Lantas, bagaimana dermawan itu bisa dituduh terlibat serangkaian tindak kejahatan yang beberapa di antaranya tergolong keji? Bahar sendiri mengaku tidak tahu mengenai hal itu. ''Itu fitnah. Ada orang yang ingin menjatuhkan saya. Ada orang yang ingin membubarkan perusahaan saya,'' jawabnya.

Salah satu pembunuhan yang dituduhkan kepadanya adalah pembantaian terhadap mertuanya sendiri, H Hasan, yang juga menjadi karyawannya di pelayaran. Peristiwa yang terjadi 4 Juli 2000 itu dilakukan oleh sekelompok orang dengan membelah tubuh korban. Tuduhan dialamatkan kepada Bahar karena salah seorang pelakunya sempat mengatakan ada titipan dari H Bahar untuk anak dan istrinya.

''Saya tidak tahu mengenai hal itu. Hubungan saya dengan mertua baik-baik saja. Ketika berangkat dari Jakarta ke Madura, dia pamit baik-baik. Saya tak tahu pembunuhnya juga tidak mengenal mereka,'' tutur Bahar yang sempat rekaman lagu dangdut itu.

Dia membantah tudingan bahwa setelah menjadi menantu Hasan terjadi perselisihan. Bahkan, perkawinan dengan dua anak Hasan juga dilakukan baik-baik. Dia mengaku mengawini anak Hasan yang pertama, Nur Qomariah, setelah mendapat restu dari keluarga. Nur menjadi istri ketiga Bahar. Istri pertamanya, Marmi, orang Madura di Jakarta dan sekarang dikaruniai dua anak. Istri kedua juga keturunan Madura dan sekarang sudah dicerai.

Bahar mengaku mengawini anak H Hasan yang lain, Wahyuningsih, sebagai istri kelima setelah mengawini Rohayati yang masih berusia 15 tahun. Tetapi, perkawinan itu pun dilakukan setelah direstui keluarga. Prosesnya, menurut pengakuan Bahar, juga terjadi setelah melalui konsultasi dengan para kiai. Perkawinan pun dilakukan setelah kakak Rohayati diceraikan. Perkawinan itu dilakukan di sebuah makam keramat di Condet.

Sementara, terhadap anak Hasan yang kedua - Nur Hasanah - dia mengaku sama sekali tidak pernah melamarnya. Apalagi memerkosanya seperti yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya.

Terhadap nenek istrinya, Hj Nasuchah, Bahar juga mengaku tidak pernah menculik dan menyanderanya seperti yang dituduhkan Polda Jatim. ''Saya sama sekali tidak punya niat untuk menyakiti. Dia sudah tua. Apa tega? Sebaliknya, sayalah yang berkali-kali membiayai pengobatannya bila sakit,'' tambahnya.

Bahar bisa menolak semua tuduhan polisi dan tuduhan ulama Madura. Namun, polisi terus berusaha membongkar kasus tersebut. Penyanderaan dan penganiayaan terhadap Nasuchah hampir pasti melibatkannya. Sebab, beberapa saksi mengatakan Bahar sendirilah yang mengumpulkan keluarga dan mengatakan bahwa Nasuchah ada di tangannya dan akan dikembalikan kalau istrinya dikembalikan kepadanya.

Sementara, tuduhan pembunuhan terhadap mertuanya dan seorang tukang ojek di Madura sedang dikembangkan oleh Polres Madura. Laporan soal dua pembunuhan itu sudah ada. Kini juga sudah ada saksi, yaitu istri Bahar sendiri, yang mengaku melihat suaminya ikut membunuh ayahnya.

Selain diusut Polda Jatim, sejumlah kasus lain ditangani Polda Metro jaya. Karena itu, selain akan diperiksa Polres Bangkalan, mungkin Bahar juga akan diperiksa di Jakarta. Atas semua tuduhan tersebut, Bahar mengaku menyerahkan semua masalah itu kepada Allah. Karena itu, dia tidak menunjuk pengacara.

Bahar tetap ngotot bahwa semua tuduhan tersebut fitnah belaka. Dia menduga hal itu sengaja diembuskan oleh pihak ketiga yang tidak senang kepadanya. ''Semua kemungkinan masih bisa terjadi,'' kata Kabag Resum Polda Jatim Superintendent Anton Charliyan. (hq)

atas