back
Serambi MADURA PadepokanVirtual
Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment

Senin
30 Agustus 1999
Radar Madura


Harga Tembakau Bangkalan Melonjak

Bangkalan Radar

Aroma tembakau yang kerap disebut ‘’emas hijau’’ kini mulai tercium di Bangkalan. Tahun ini, tanaman tembakau itu mulai berserakan di bumi Bangkalan. Selama ini tanaman ‘’emas hijau’’ ini hanya ditemui di sebelah timur Pulau Madura, yakni Sumenep, Pamekasan, dan beberapa tahun terakhir juga ditanam masyarakat di Sampang.

Apakah petani di Bangkalan sudah berhasilkan mematahkan ‘’metos’’ bahwa tanah di Bangkalan tidak cocok untuk tanaman tembakau? Ternyata yang mematahkan anggapan yang sudah diterima luas sebagai sebuah kebenaran itu adalah ‘’imigran’’ dari luar. Yakni, Trunojoyo Pak Salimah (61) petani tembakau asal Desa Durbuk, Kecamatan Pademawu, Pamekasan.

Sudah dua tahun terakhir ini, Trunojoyo bersama anak, mantu, dan cucunya yang masih menyusui, mencoba mengadu peruntungan dengan menanam tembakau di Bangkalan.

‘’Di pulau yang sama dengan jenis tanah yang nyaris sama, masak tanah di Bangkalan tak bisa ditanami tembakau?’’ Kecamuk itulah yang dua tahun lalu menyelusup dalam benak Trunojoyo ketika dihadapkan pada mahalnya sewa lahan di daerah asalnya di Pamekasan.

Pertanyaan itu tak mudah dijawab tanpa ia membuktikannya. Karena itu, Trunojoyo dan keluarganya lalu merantau ke Bangkalan. Tujuannya adalah untuk bertani tembakau, seperti yang sudah lama ditekuninya. Setibanya di Bangkalan dengan modal Rp 10 juta ia menyewa bekas lahan tebu dan lahan yang masih berupa semak belukar.

Tanah itu kini disulapnya menjadi hijau oleh dedaunan tembakau. Lahan seluas dua hektare itu terletak di daerah skep, di sebelah utara luar kota Bangkalan. Lahan itu disewanya seharga Rp 1 juta per tahun. ‘’Panen tahun lalu gagal, karena sering turun hujan. Padahal, saat itu sedang kemarau,’’ kata Trunojoyo.

Pada tahun kedua ini, dia berharap nasibnya akan lebih baik tahun ini. Dia juga belum bisa memastikan apakah tanah yang ditanaminya cocok untuk tembakau. Namun, melihat tanaman tembakau yang saat ini sudah berumur sekitar 70 hari, dan tampak sehat dan segar, dia yakin tanah di Bangkalan cocok untuk ditanami tembakau.

’’Bila cuaca bersahabat, dan tidak sering turun hujan, 30 hari lagi tembakau saya sudah bisa dipanen dengan kualitas yang bagus,’’ kata Trunojoyo. Menurut dia, harga jual tembakau bukan karena besar atau segarnya daun tetapi tergantung pada kadar air yang dikandungnya.

Trunojoyo mengaku, dalam dua tahun ini dia masih coba-coba. Karena itu, ia hanya menanam tembakau sebanyak 5000 batang yang dibelinya di Pamekasan. Sebetulnya pembibitan bisa dilakukan di Bangkalan bisa, tapi ia tidak punya cukup waktu. ’’Kami mengejar musim kemarau, kalau dibibitkan di sini pasti tidak akan terkejar. Jadi saya langsung membeli bibit dari Pamekasan,’’ katanya.

Sebagai ‘’cadangan’’ jika panen tembakau gagal, Trunojoyo sudah menyiapkan diri. Sisa lahan seluas satu hektare tidak ditanami tembakau, tapi ditanami palawija dan sayuran, seperti Tomat, cabe rawit dan cabe merah, terong, ketela pohon, dan ketela rambat serta semangka.

Menurut Trunojoyo, tanaman tersebut hasilnya sebagian dijual untuk kebutuhan sehari-hari dan sebagian dimakan sendiri untuk mengirit pengeluaran. ’’Ketela rambat dan ketela pohonnya untuk makan kami sekeluarga, yang lain kita jual untuk membeli beras, lauk pauk, minyak dan kebutuhan cucu saya,’’ tuturnya.

Masalah pengairan lahan, kata Trunojoyo, sempat menjadi kendala. Karena itu, dia membuat sumur bor untuk mengairi tanaman tembakaunya. ’’Sebab, tanaman tembakau sangat membutuhkan air,’’ katanya.

Sebanyak 5000 batang tembakau yang ditanamnya diharapkan akan dapat menghasilkan sebanyak tiga kwintal tembakau kering yang siap dijual. Dia tidak begitu khawatir soal penjualan hasil panennya nanti. ’’Saat panen nanti mereka akan datang sendiri kemari atau saya yang mendatangi mereka dan itu pasti laku. Sekarang saja gudang-gudang tembakau yang ada di Pamekasan dan Sumenep kekurangan tembakau,’’ kata Trunojoyo. ’’Buktinya, sekarang tembakau dari Jawa banyak yang masuk ke Madura’’ tambahnya.

Sebetulnya Trunojoyo mengharap perhatian dari Departemen Pertanian Bangkalan, karena lahan di Bangkalan diyakininya cocok untuk ditanami tembakau. ’’Seandainya masyarakat Bangkalan mau menanam tembakau pasti kesejahteraan mereka akan meningkat, karena saya yakin lahan di sini cocok untuk tembakau. Bahkan, tahun depan saya akan mencoba menanam tembakau di Kecamatan Blega, Bangkalan,’’ katanya. (ris)