back
Serambi MADURA PadepokanVirtual
Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment

Rabu
18 Agustus 1999
Radar Madura


ICW Temukan Praktik Proteksi Perdagangan Tembakau
Kapan Saja Kami Siap Diaudit

Sumenep, Radar.-

Panen ‘’emas hijau’’ (tembakau) Madura tahun ini diperkirakan sukses besar. Sebab, selain didukung cuaca yang baik, kebutuhan tembakau di beberapa pabrik rokok cukup besar, sehingga harga pun diperkirakan ikut melambung. Namun, berdasarkan temuan Indonesian Corruption Watch (ICW) Madura, gudang tembakau masih terkesan ogah-ogahan menaikkan harga tembakau, kendati harga rokok sudah naik cukup tinggi.

‘’Saya berharap gudang tidak main-main dengan harga tembakau rakyat, mereka bisa marah,’’ ujar J. Faruok Abdillah, direktur eksekutif ICW Madura. Bahkan, menurut Faruok, di era reformasi ini diharapkan PR Gudang Garam Kediri tidak melakukan proteksi terhadap pedagang tembakau di Madura, karena ditengarai banyak pedagang pribumi yang tak bisa menjual tembakaunya ke PR Gudang Garam Kediri.

‘’PR Gudang Garam Kediri hanya menerima pasokan tembakau dari WNI keturunan, sedangkan pemasok dari pribumi belum ada,’’ papar Farouk.

Farouk lebih jauh menjelaskan, di wilayah Madura dikuasai oleh WNI keturunan, misalnya, Bambang Harto Cahyo (Patean, Sumenep), Jimmy Harsono (Guluk-Guluk, Sumenep), Mulya Jaya Graha (Blumbungan, Pamekasan), Sunyoto Hendra Lesmana (Pakong, Pamekasan), Hadi Kristanto (Guluk-Guluk, Sumenep), dan Soegiyono Wijaya (Blumbungan, Pamekasan).

‘’Mereka inilah yang memasok tembakau Madura ke PR Gudang Garam Kediri. Sedangkan pedagang pribumi sampai kini belum pernah diberi kesempatan,’’ jelas Farouk.

Berdasarkan hasil pantauan ICW Madura, sebenarnya banyak pedagang pribumi yang bisa bersaing dengan pemasok yang selama ini menjadi anak emas PR Gudang Garam Kediri. Sebab, selama ini tembakau rakyat dipasok lewat pedagang pribumi. Menurut Farouk, ini tidak hanya terjadi di PR Gudang Garam Kediri, perusahaan rokok lainnya di Madura juga melakukan praktik proteksi.

Sementara itu, Freddy Kustianto, salah satu perwakilan gudang di Madura ketika dikonfirmasi Radar Madura membantah keras apa yang ditemukan dan dituduhkan oleh ICW Madura tersebut. ‘’Tuduhan ICW itu sama sekali tidak data sebagai dasarnya,’’ ujarnya.

Menyinggung nama-nama yang disebutkan ICW, Freddy membenarkan. Namun, katanya, nama-nama tersebut adalah perwakilan gudang tembakau yang telah ditunjuk oleh pusat (Kediri, Red). ‘’Silahkan ICW terjun ke bawah. Apakah kami melakukan proteksi pembelian tembakau. Jangan hanya menurut perkiraan-perkiraan yang tak jelas,’’ tuturnya.

‘’Saya jelaskan, bahwa setiap perwakilan itu mempunyai bandol di lapangan. Apalagi, bandol yang ditunjuk dari gudang itu banyak sekali yang dari pribumi. Bahkan, yang bergelar haji. Silahkan cek saja di lapangan,’’ sambung Freddy.

Selain itu, dalam siaran persnya yang diterima Radar Madura kemarin, ICW juga mengungkapkan bahwa PR Gudang Garam telah melakukan pembelian tembakau Madura tahun lalu sekitar Rp 200 miliar. Sedangkan, perusahaan rokok lainnya, seperti Sampoerna, Djarum, dan Bentoel sekitar Rp 300 miliar.

Tahun ini ditaksir akan mencapai Rp 1 triliun. Angka ini meningkat disebabkan harga tembakau tahun ini berkisar antara Rp 17 ribu hingga Rp 20 ribu. Sedangkan tahun lalu hanya Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu. Karena itu, Farouk mengharapkan, agar harga tembakau tidak dipermainkan oleh para pedagang dan pemasok tembakau.

‘’Sebab, situasi masyarakat Madura berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika mereka masih main-main dengan petani, saya yakin mereka akan marah. Pokoknya, jangan ada kesan perlakuan diskriminatif terhadap petani dan pedagang tembakau. Itu tidak baik dan rentan konflik,’’ katanya.

Menanggapi hal itu, Freddy meminta ICW untuk langsung berhubungan dengan Dinas Perkebunan. ‘’Setiap hari saya memberikan laporan mengenai harga tembakau ke Disbun. Dan, Disbun menyiarkannya melalu RRI atau RKPD setiap hari. Bahkan, manajemen yang dipakai di sini sudah sangat transparan,’’ katanya.

Kalau soal pembelian tembakau yang dilakukan PR Gudang Garam Kediri pada tahun 1998 lalu, justru Freddy bertanya-tanya. ‘’Data ICW itu dapat dari mana?,’’ katanya dengan nada heran. ‘’Sebab, tahun lalu hanya Gudang Garam yang membeli tembakau dari petani. Sedangkan gudang tembakau lainnya tidak ada yang membeli,’’ katanya.

Freddy juga menyatakan siap bertemu kapan saja dengan ICW Madura untuk mendiskusikan temuan dan tuduhan yang dialamatkan kepada Gudang Garam. ‘’Gudang saya siap diaudit kapan saja,’’ katanya. (sul)