back
Serambi MADURA PadepokanVirtual
Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment

Selasa
27 Juli 1999
Radar Madura


Antrean Panjang di Kamal dan Ujung Baru

Bangkalan, Radar.-

Pemandangan lama! Barangkali, begitulah komentar orang-orang yang lalu-lalang saban hari melintasi Selat Madura ketika menyaksikan antrean panjang kendaraan roda empat di Dermaga Kamal maupun Ujung Baru, kemarin. ‘’Antrean ini sudah berlangsung sejak tiga hari lalu,’’ ucap seorang petugas Polsek Kamal kepada Radar Madura.

Keterangan yang diperoleh Radar Madura menyebutkan, antrean itu terjadi karena penyakit ‘’kronis’’ dermaga kambuh lagi. ‘’Sejak pukul 06.00 tadi (kemarin, Red) salah satu dermaga di Ujung rusak,’’ jelas petugas tadi. Sebuah kenyataan klasik, tapi selalu ‘’baru’’.

Kendati antrean kemarin tak sepanjang saat menjelang atau sesudah lebaran, tapi cukup menimbulkan siksaan bagi pengguna jasa penyeberangan Selat Madura. Apalagi, udara saat itu sangat panas. Di Ujung, misalnya, antrean kendaraan roda empat mengekor-ular hingga Pos IV, sedangkan di Kamal mencapai Perumahan PJKA.

Di Kamal, dengan badan jalan yang hanya cukup untuk dua kendaraan roda empat, para petugas memang dibuat ektra sibuk untuk mengatur kendaraan yang mau masuk maupun keluar dermaga atau terminal. Apalagi, banyak calon penyeberang yang langsung nylonong begitu saja, sehingga diminta memutar kembali untuk antri.

Celakanya, deraan itu tidak langsung berakhir begitu penumpang lolos dari jebakan antrean. Sebab, mereka akan segera menikmati ‘’lagu lama’’, yakni penyeberangan ditempuh hanya 15 menit, tapi selalu molor hingga satu jam!. Untungnya, kini tak terdengar lagi suara mendayu-dayu dari pramugari kapal yang dulu selalu mengumumkannya kepada para penumpang.

‘’Sebenarnya lebih cepat menggunakan perahu motor ketimbang naik kapal (KMP Ferry, Red) ini,’’ ujar Walid, (63) warga Bangkalan coba mengenang masa ‘’kejayaan’’ perahu motor sebelum digantikan oleh kapal. Sebenarnya, tambahnya, itu bukan karena laju kapal lebih lambat dibandingkan perahu, tapi lantaran waktu bongkar-muat penumpang yang terus molor.

‘’Masak penumpang satu-dua orang yang masih jauh ditunggu juga. Padahal, waktu sandar sudah habis dan sebenarnya kapal sudah penuh hingga banyak yang tak kebagian tempat duduk,’’ kata Walid dengan nada sedikit kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa. (ib)